Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Dokter Sodiqur Duga Penggunaan Vape Berpotensi Picu Penyakit Jantung Koroner Tanpa Ada Faktor Risiko

Dokter Sodiqur Rifqi sebut penggunaan vape berpotensi picu penyakit jantung koroner.

Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Amanda Rizqyana
Dokter Sodiqur Rifqi, Sp.JP(K), dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Kota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dokter Sodiqur Rifqi, Sp.JP(K), dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Kota Semarang menyampaikan penggunaan vape atau rokok elektrik berpotensi memicu penyakit jantung koroner.

Hal tersebut ia tegaskan bahwa pada beberapa kesempatan ia menemui pasien berusia kurang dari 40 tahun yang menderita jantung koroner tanpa memiliki faktor risiko.

Ia menduga, penggunaan rokok elektrik memicu pertumbuhan plak di pembuluh darah koroner yang memicu penyakit jantung koroner.

"Karena dia nggak ada kolesterol tinggi, nggak ada hipertensi, nggak ada kencing manis, merokok kadang-kadang, obesitas juga tidak. Faktor risiko keluarga juga tidak," tegasnya pada Tribun Jateng.

Sodiqur juga menyatakan tren terbaru adanya peningkatan pasien penyakit jantung di usia kurang dari 40 tahun, bahkan ia mengatakan sudah menemui kasus penyakit jantung di bawah usia 30 tahun.

Ia memperingatkan pada masyarakat dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia untuk membuat penelitian dan membuat pernyataan terkait meningkatnya kasus penyakit jantung koroner pada anak muda.

"Jangan sampai anak-anak muda kita kena penyakit jantung koroner terlalu dini sehingga aset yang berharga bagi negara dimakan oleh kejadian yang terjadi pada anak muda," ungkapnya.

Sodiqur menyampaikan hal tersebut saat Pelatihan Intervensi Kardiovaskular lanjut yang diadakan di Aula Kelompok Staf Medik (KSM) Jantung dan Laboratorium Kateterisasi Jantung RSUP Dr. Kariadi SemarangRSUP Kariadi sejak Sabtu (13/8/2022) hingga Minggu (14/8/2022).

Pelatihan ini merupakan kerja sama antara RSUP dr. Kariadi dengan Perhimpunan Intervensi Kardiovaskular Indonesia (PIKI) atau The Indonesian Society of International Cardiology (ISIC).

Peserta pelatihan ialah para dokter speasialis jantung dari seluruh Indonesia yang sudah mendalami bidang intervensi nonbedah atau bidang kardiovaskuler dan minimal sudah 3 tahun berpraktik sebagai intervensionis.

Pelatihan Intervensi Kardiovaskular lanjut yang diadakan di Aula Kelompok Staf Medik (KSM) Jantung dan Laboratorium Kateterisasi Jantung RSUP Dr. Kariadi SemarangRSUP Kariadi sejak Sabtu (13/8/2022) hingga Minggu (14/8/2022).
Pelatihan Intervensi Kardiovaskular lanjut yang diadakan di Aula Kelompok Staf Medik (KSM) Jantung dan Laboratorium Kateterisasi Jantung RSUP Dr. Kariadi SemarangRSUP Kariadi sejak Sabtu (13/8/2022) hingga Minggu (14/8/2022). (Tribun Jateng/Amanda Rizqyana)

"Pengajar pelatihan ini ialah intervensionis yang sudah mengajar puluhan tahun berkecimpung di bidang intervensi nonbedah ini," tambahnya.

Adapun perbedaan antara intervensi nonbedah dengan dokter bedah jantung ialah, pada dokter bedah jantung menggunakan pisau, namun pada intervensi nonbedah menggunakan kateter.

Kateter merupakan selang plastik kecil berdiameter 2-3 milimeter yang dimasukkan dari pangkal paha maupun tangan.

Intervensi nonbedah dilakukan untuk memperbaiki penyempitan jantung maupun penyumbatan jantung, maupun yang disertai pengapuran.

"Pada pelatihan ini untuk topik yang lebih mapan yakni bagaimana menangani buntu total, bagaimana penanganan yang pengapuran sudah berat, dan penyempitan di pangkal sekali yang berisiko tinggi dan harus kerja cepat," terangnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved