Berita Feature
Kisah Perjuangan Capt CPM Purn Sanjoto Kawal Jenderal Soedirman hingga Soekarno
Bulan Agustus menjadi bulan yang penting dan penuh sejarah bagi bangsa Indonesia, termasuk bagi Kapten CPM Purn Sanjoto
Penulis: Adelia Sari | Editor: muslimah
Komando pun memerintahkan dengan tegas separuh kekuatan TNI dan rakyat menunju batas demarkasi atau batas pemisah, yang ada di Jawa Tengah dengan Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan Jawa Barat.
Belanda yang melihat barisan tentara dengan bambu runcing lantas mundur.
"Belanda yang melihat pagar betis bambu runcing ratusan bahkan ribuan tentara, tanpa komanda balik kanan, sehingga kita aman dari perang kemerdekaan pertama," lanjut Sanjoto.
Perang melawan Belanda terus bergulir hingga pecah perang kedua atau perang gerilya tahun 1948.
Perang gerilya ini pun sangat berkesan bagi Sanjoto karena ia mendapat mandat khusus dari Panglima Kodam (Pangdam) Diponegoro, Kolonel Gatot Soebroto untuk mengawal Jenderal Soedirman.
Sanjoto dan rekannya pun mengawal rombongan Jenderal Soedirman yang waktu itu melintas di wilayah Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Jumapolo.
Masih teringat jelas di benak Sanjoto jika sang Jenderal saat itu dalam kondisi sakit dan harus ditandu.
Namun Jenderal Soedirman masih bersemangat sehingga membuat Sanjoto terkesan.
Perjuangan Sanjoto dan rekannya yang sangat gigih membuat tentara Belanda kewalahan.
"Akhirnya mendekati akhir tahun 1949, Belanda merasa kewalahan menghadapi perang gerilya. Minta gencatan senjata.
Tapi oleh komando diperintahkan rebut kembali Kota Wonogiri dan Surakarta,"
Bertepatan dengan permintaan gencatan senjata, PBB yang tengah mengadakan Konferensi Meja Bundar juga memberikan perintah pada Belanda untuk angkat kaki dari Indonesia.
"Persis komando dari panglima begitu, ada siaran dari markas besar PBB yng waktu itu mengadakan konferensi meja bundar, memerintahkan ke Belanda, tentara Belanda angkat kaki dari negeri ini,"
Bukan tanpa alasan, PBB mengeluarkan keputusan itu karena tahu bahwa tentara nasional Indonesia, polisi dan kekuatan anak-anak serta rakyat masih solid.
Sehingga bisa melumpuhkan pemberontakan yang terjadi di dalam negeri serta melumpuhkan Belanda tanpa minta bantuan dari luar negeri.