Lipsus Tribun Jateng
Cerita Mantan Pengepul Judi Togel Semarang: Mereka Tiarap Cuma Sementara, Libur Kalau Ada Razia
Dia akan meliburkan diri semisal ada kejadian menonjol di kepolisian sehingga ada operasi soal judi yang akan marak terjadi.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
Setiap hari lapaknya beromzet Rp 2 juta.
Baca juga: Deklarasi Semarang untuk Membumikan Pancasila dan Merawat Kebhinekaan dalam Rangka Memperkokoh NKRI
Dari hasil penjualan itu, dia mendapatkan komisi sebesar 20 persen atau Rp 200 ribu.
"Yang beli minimal habis Rp 10 ribu perlembar."
"Ada yang sampai ratusan ribu Rupiah per beli."
"Hasil penjualan diambil agen lagi saat malam hari," kata warga Semarang Barat itu.
Hampir dua tahun malang melintang jadi penjual judi togel, dia sudah kapok sebab tidak ada keuntungan yang didapat karena uang cepat habis.
Dia pun merasakan kejenuhan berada di dunia pertogelan.
"Tidak ada orang kaya dari judi kecuali mau jadi bandar."
"Saya merasa tak nyaman di dunia itu," paparnya.
Diakuinya mendapat uang dari dunia judi gampang karena tinggal duduk tidak perlu modal.
Tidak enaknya adakalanya pembeli yang kurang ajar dan suka berutang.
"Pernah keliru penulisan tanggung jawab ganti rugi sampai Rp 1 juta karena salah nulis."
Baca juga: Khaerudin Doktor FPIK Undip Semarang Dipolisikan Mantan Istrinya, Kasus Pencemaran Nama Baik
"Dulu masih model SMS sudah deal beli tapi tidak saya tulis."
"Ternyata nomor tembus, pembeli tidak mau tahu, jadi mengganti," terangnya.
Ia menjelaskan, para pejudi togel langgannya dulu suka pasang karena kebutuhan uang.