Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Semarang Tembus 35 Derajat, Ternyata Karena Posisi Semu Matahari

Terkuak penyebab cuaca panas dan rasa gerah dirasakan warga Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah
TRIBUNJATENG.COM - Suasana kawasan jalan Pahlawan Kota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANGCuaca panas dan rasa gerah dirasakan warga Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan.

Menurut BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, kondisi ini dipengaruhi oleh posisi semu matahari yang saat ini berada tepat di atas Pulau Jawa.

Baca juga: Waspada Cuaca Akhir Pekan, Gelombang Laut Selatan Cilacap Berpotensi Capai 4 Meter

Prakirawan BMKG Rany Puspita Ekawati menjelaskan bahwa secara astronomis, pada bulan Oktober, posisi matahari mulai bergeser ke selatan setelah sebelumnya berada di garis khatulistiwa pada September.

Hal ini menyebabkan wilayah Jawa, termasuk Semarang, menerima penyinaran matahari secara langsung sehingga suhu terasa lebih panas dan terik di siang hari.

"Saat ini memang kalau kita pantau bulan Oktober ini memang gerak semu matahari ini posisinya sudah mulai berada di Khatulistiwa dan bergeser ke selatan, di mana itu tepat di atas wilayah Pulau Jawa dan termasuk wilayah Jawa Tengah, (menjadi alasan) kenapa saat siang hari terasa sangat panas dan gerah dan terik," terang Rany dihubungi Tribun Jateng, Minggu (12/10/2025).

Data BMKG mencatat, suhu maksimum tertinggi yang pernah terjadi di Kota Semarang pada bulan Oktober tercatat pada tahun 2015, yakni mencapai 39,5 derajat Celcius.

Sementara untuk Oktober tahun ini, suhu yang terpantau pada pukul 11.00 WIB berada di angka 35 derajat Celcius.

"Jika kita lihat yang saat ini walaupun mencapai 35 derajat celcius, itu masih termasuk normal atau wajar, karena memang kita bisa bilang ekstrem atau cuacanya anomali apabila dia sudah mencapai di atas 39,5, seperti yang terjadi tahun 2015, misalkan.

Atau mungkin kita bisa kaji lagi karena sejauh ini rata-ratanya belum ada yang sampai mencapai 39,5 hingga tahun ini. Jadi paling maksimum di tahun 2015 itu," terangnya. 

Selain suhu panas, arah angin juga dinilai memengaruhi kondisi cuaca. Rany menjelaskan, angin yang berhembus dari timur membawa udara yang cenderung kering.

Hal ini berdampak pada minimnya curah hujan di wilayah Jawa Tengah bagian timur, termasuk Kota Semarang.

"Makanya juga hujannya di bagian wilayah Jawa Tengah bagian Timur tidak sebanyak di wilayah Pegunungan Tengah, karena memang di wilayah untuk anginnya sendiri itu kalau dari timuran biasanya memang agak lebih kering dibanding kalau anginnya dari baratan. Dan untuk bulan ini, memang secara umum kondisi anginnya dari arah timuran," terangnya.

Sementara itu, dia menyebutkan, saat ini wilayah Semarang juga sedang berada dalam masa peralihan musim atau pancaroba, sehingga masih ada kemungkinan terjadi hujan meskipun tidak rutin. 

Menurut BMKG, musim hujan diperkirakan baru akan mulai masuk pada bulan November, khususnya di wilayah pegunungan dan sebagian Jawa Tengah bagian selatan.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved