Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jawa Tengah

BPN Tanggapi Kenaikan Harga Telur Ayam: Hal Wajar Karena Ini Keseimbangan Baru

Menurut BPN, sejumlah komponen untuk memproduksi telur berpengaruh dalam membentuk harga pokok produksi (HPP) dimana itu juga mengalami kenaikan.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV PRADANA
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi di sela Rembug Perunggasan Nasional bersama Pinsar Indonesia di The Wujil, Kabupaten Semarang, Kamis (25/8/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Kepala Badan Pangan Nasional (BPN), Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa kenaikan harga telur ayam saat ini merupakan keseimbangan baru dan hal yang wajar.

Pasalnya, dia menjelaskan bahwa yang hal-hal perlu dipertimbangkan yakni ketersediaan barang, kesejahteraan peternak, keuntungan pedagang.

Itu selain dari sisi masyarakat atau konsumen.

Baca juga: Harga Telur Meroket di Wilayah Pantura Barat Jateng, Asosiasi Sebut Telur Diborong Untuk BNPT 

“Jadi nomor satu adalah ketersediaan barang, berikutnya baru berbicara harga."

"Di luar negeri ketersediaan tidak ada, mau harganya tinggi pun tapi tidak tersedia."

"Indonesia itu pangannya cukup, coba, semuanya cukup."

"Ini artinya keberhasilan, kalau maunya harga telur ayam Rp 20 ribu atau Rp 22 ribu terus, yang bonyok siapa?"

"Ya peternak dan ini bisa tidak adil."

"Rp 30 ribu dapat telur satu kilogram berisi 15 sampai 16 butir, gizinya bagus, masa pada komplain?"

"Jadi itu merupakan harga wajar dan keseimbangan baru, masa semua boleh naik, kecuali telur?” ungkapnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (25/8/2022).

Sebagai informasi, harga telur per kilogram saat ini mencapai kisaran angka Rp 30 ribu.

Arief menerangkan penyebab mengapa harga telur kian mengalami kenaikan dan saat ini harga telur menjadi yang tertinggi.

Menurutnya, sejumlah komponen untuk memproduksi telur berpengaruh dalam membentuk harga pokok produksi (HPP) dimana itu juga mengalami kenaikan.

Baca juga: Pedagang Pasar Tradisional Keluhkan Penjualan Telur Menurun, Dampak Kenaikan Harga

Baca juga: Ini Penyebab Utama Kenaikan Harga Telur Ayam di Jawa Tengah, Berlaku Juga Secara Nasional

“Kalau harganya tinggi, itu karena komponen-komponen lainnya sebagai variabel cost memang meningkat."

"Sebagai contoh, pakannya naik tidak?"

"Sewa lahan naik tidak?"

"Distribusi, alat angkut naik tidak?"

"Komponen-komponen ini membentuk HPP, jadi tidak bisa dipotong."

"Makanya harus diatur mulai dari harga jagung, pakan, ayam, dan telur harus diberi acuan."

"Jadi, bahasanya win-win situastion sehingga petani atau peternaknya sejahtera, pedagang untung, masyarakatnya tersenyum,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Pinsar Jawa Tengah, Parjuni menjelaskan, saat ini produksi telur ayam cenderung berkurang lantaran beberapa waktu lalu mengalami kelebihan pasokan hingga mengalami anjloknya harga.

“Karena 1,5 tahun lalu harganya jatuh dan hampir semua peternak mandiri yang kecil-kecil ini berkurang populasinya,” ujarnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (25/8/2022).

Dia menyebutkan, produksi telur nasional saat ini mencapai sekira 270 ribu ton per hari.

Melanjutkan, Ketua Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko menegaskan bahwa harga telur ayam pada 1,5 tahun terakhir yang berada di bawah harga produksi membuat peternak mengurangi populasi sebanyak 30 persen.

Baca juga: Harga Telur Terus Meroket, Pembuat Kue dan Roti di Kota Semarang Kelimpungan 

Singgih juga sependapat dengan Arief bahwa situasi saat ini merupakan keseimbangan baru.

“Di kondisi sekarang, semua ingin merata kembali dan survive."

"Jadi penyebabnya ini karena satu populasi (ayam dan telur ayam) berkurang."

"Kedua, karena biaya semua naik."

"Kalau (harga dari kandang) tidak di atas Rp 25 ribu ya relatif berat bagi peternak, kalau sampai tidak ada produksi dan sampai impor justru lebih parah,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini para peternak sedang membutuhkan modal dan waktu untuk menambah produksi telur ayam kembali lantaran sebelumnya diupayakan untuk dikurangi.

“Karena sudah terlanjur mengurangi populasi, kalau ditambah kan butuh modal lagi."

"Kami harapkan populasi ini sudah terjaga seperti ini saja, tapi harganya yang menyesuaikan,” pungkasnya. (*)

Baca juga: ND Masih Dicari, Terpeleset Jatuh ke Sungai Bengawan Solo, Korban Warga Perum Sritex Sukoharjo

Baca juga: DKK Karanganyar: Tahap Pertama Penyuntikan Vaksin Booster Kedua Capai 43,4 Persen

Baca juga: Ini Penyebab Utama Kenaikan Harga Telur Ayam di Jawa Tengah, Berlaku Juga Secara Nasional

Baca juga: Sehari Dua Rumah Dibobol Maling di Karangmalang Kudus, Kapolsek Gebog: Pelakunya Sama

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved