Berita Semarang
Mengenal Seni Fotografi Jalanan Bersama Erik Prasetya, 25 Tahun Lebih Mengabadikan Momen di Jalanan
Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang mengadakan Ruang Rabu Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP)
Penulis: amanda rizqyana | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang mengadakan Ruang Rabu Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) bertema 'Kajian Kota dan Lingkungan melalui Lensa Street Photography'.
Seminar ini diadakan di Ruang Teater Thomas Aquinas Gedung Thomas Aquinas Lantai 3 Kampus Unika Bendan Dhuwur Kota Semarang pada Rabu (24/8/2022).
Seminar ini mengndang mengundang Erik Prasetya sebagai satu dari 20 Fotografer Asia paling berpengaruh versi Invisible Asian Photografer.
Erik Prasetya merupakan fotografer yang telah lebih dari seperempat abad mengabadikan momen di jalanan.
Ruang Rabu sendiri merupakan forum publik yang dibentuk oleh Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata.
Ruang Rabu membahas mengenai permasalahan lingkungan, perkotaan serta mengenai sastra.
Selain itu, melalui forum Ruang Rabu pihak PMLP juga mengadvokasi kelompok masyarakat yang berhadapan dengan aparatur pemerintah dalam persoalan pembangunan seperti masyarakat di sekitar Pegunungan Kendeng yang meliputi Kabupaten Kudus, Blora, Pati, Rembang, Grobogan di Jawa Tengah dan Tuban di Jawa Timur.
Street photography atau foto jalanan sendiri merupakan bagian dari perwujudan dari mata seseorang untuk melihat dan menangkap hubungan antar manusia, atau antara manusia dengan bangunan serta alam.
Sebagai seorang Street Photographer, Erik Prasetya menjadi pembicara dalam Ruang Rabu karena ia ingin membagikan pengalaman yang menyenangkan kepada para penyuka street photography.
“Saya menjadi pembicara dalam Ruang Rabu karena saya ingin berbagi pengalaman motret dan saya ingin ini menyebar di antara para penyuka street agar mereka memotret sambil mempelajari kota dan mereka bercerita tentang kota," ungkap Erik di hadapan peserta dari dosen maupun mahasiswa Unika Soegijapranata.
Ia menambahkan, dirinya juga ingin mereka memakai indra dan pengetahuannya untuk menceritakan apa yang terjadi di kota.
Terlepas dari teknik yang tidak segera dibicarakan, estetika itu penting tetapi di luar itu kegunaan fotografi sebagai sarana untuk menyumbang sesuatu di luar dirinya seperti estetika, keindahan, kesukaan kita terhadap fotografi.
"Tetapi ada sumbangan yang lain pada pengetahuan dan photography punya kemampuan itu," tegas Erik.
Selain memotret, Erik Prasetya juga melakukan proyek pribadi mengenai poros Sudirman-Thamrin pada tahun 1990 dan pernah menjadi fixer untuk Sebastiao Salgado.
Kemudian Erik Prasetya juga membuat buku foto yang berjudul Eros dan Reformasi (2019), Women on Street (2018), dan Jakarta Banal Aesthetic (2010).