Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ponpes Gontor

Empat Barang Bukti Penganiayaan yang Tewaskan Santri di Ponpes Gontor, Ada Tongkat yang Patah

Empat barang bukti diamankan Polres Ponorogo dari kasus tewasnya santri Ponpes Gontor diduga karena penganiayaan.

Editor: rival al manaf
TribunJatim.com/Sofyan Arif Candra
Polres Ponorogo melakukan olah TKP kasus dugaan penganiayaan hingga menyebabkan kematian seorang santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Selasa (6/9/2022). Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, mulai dari pentungan, minyak kayu putih, air mineral, hingga becak. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Empat barang bukti diamankan Polres Ponorogo dari kasus tewasnya santri Ponpes Gontor diduga karena penganiayaan.

Dari empat barang bukti tersebut barang bukti keempat yang diduga menjadi penyebab meninggalnya sang santri.

Barang bukti yang diamankan adalah becak, air mineral, minyak kayu putih, dan pentungan atau tongkat pramuka yang patah jadi dua.

Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan empat barang bukti itu diamankan polisi saat olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Baca juga: Polisi Ungkap Dugaan Motif Santri Ponpes Gontor Tega Menganiaya Santri Lainnya Hingga Tewas

Baca juga: Keluarga Santri Gontor yang Tewas Dianiaya Diberi Surat Kematian karena Sakit oleh Dokter

Baca juga: Kasus Penganiayaan Santri Gontor, Pakar Hukum Pidana: Bisa Dikualifikasikan Pembunuhan

Baca juga: Polisi Ungkap Motif Penganiayaan yang Sebabkan Kematian Santri Pondok Gontor

Catur enggan merinci secara pasti kegunaan masing-masing barang bukti yang diamankan.

"Dalam olah TKP dilanjutkan, pra rekontruksi kita dapat gambaran yang lebih jelas dan detil serta barang bukti yang berkaitan dengan kasus tersebut sudah kita amankan," kata Catur.

"Mulai dari air minum, pentungan, minyak kayu putih, dan becak yang digunakan untuk membawa korban dari TKP ke IGD," lanjutnya.

Terbaru, Catur juga mengatakan terdapat tambahan barang bukti yaitu berupa rekaman kamera CCTV.

Sehingga total jumlah barang bukti menjadi lima buah.

 Namun sayangnya, mantan Kapolres Batu Kota tersebut enggan menjelaskan rekaman kamera di lokasi mana yang telah diamankan.

"Yang pasti ada kaitannya dengan kejadian tersebut kita amankan semuanya," kata Catur.

Kronologi

Awal mula terbongkarnya kebohongan Ponpes Gontor dijelaskan oleh Soimah ibu dari santri berinisial AM yang meninggal karena dianiaya.

Awalnya, Soimah mendapat kabar dari Ponpes Gontor anaknya meninggal dunia karena kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Namun, Soimah mendapat kabar dari wali santri lain yang menyebutkan bahwa AM meninggal karena hal lain.

Ibu asal Palembang, Sumatera Selatan, mengadu ke Hotman Paris saat pengacara kondang tersebut datang ke Palembang.

Melalui video yang diunggah di Instagram Hotman Paris, sambil menangis, Soimah menceritakan bahwa anaknya berinisial AM, tewas di Pondok Pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor 1, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Hotman kemudian menyampaikan bahwa dia bersedia mendampingi Soimah mencari keadilan atas tewasnya AM.

Kemudian, lewat curhatannya di media sosial, Somiah juga menyebut pihak Ponpes Gontor awalnya tidak menyampaikan yang sebenarnya terkait penyebab tewasnya AM.

Soimah mengatakan, awalnya mendapat kabar dari ponpes bahwa anaknya meninggal karena kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Kabar tersebut didapatkan Soimah dari Ustad Agus, pengasuh Gontor 1 pada Senin (22/8/2022) sekitar pukul 10.20 WIB.

“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang, 23 Agustus 2022, diantar oleh pihak Gontor 1 dipimpin ustad Agus."

"Itu pun saya tidak tahu siapa ustad Agus itu, hanya sebagai perwakilan,” tulis Soimah dalam surat terbuka yang dia buat dan telah dikonfirmasi Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Namun, Soimah mendapatkan laporan dari Wali Santri lain yang menyebutkan bahwa AM bukan meninggal karena kelelahan.

Pihak keluarga akhirnya meminta peti jenazah AM dibuka.

Keluarga melihat kondisi korban bukanlah meninggal akibat kelelahan, tetapi diduga akibat kekerasan.

“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga."

"Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima."

"Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi,” jelasnya.

Setelah didesak, pihak Gontor 1 yang mengantarkan jenazah AM, mengakui bahwa AM menjadi korban kekerasan.

“Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang nota bene nomor satu di Indonesia,” ungkapnya.

Usai mendapatkan pengakuan dari pihak pondok pesantren, Soimah memutuskan untuk tidak jadi melakukan otopsi karena tidak ingin tubuh putranya tersebut "diobarak-abrik".

Ponpes Gontor minta maaf

Melalui keterangan resmi, pihak Ponpes Gontor melalui Juru bicaranya Noor Syahid, menyampaikan permohonan maaf sekaligus menyatakan dukacita atas wafatnya AM.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Noor Syahid, lewat keteranga tertulis.

Ponpes Gontor juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga korban bila dalam proses pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan terbuka.

Noor menjelaskan, berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, pihaknya menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan AM meninggal.

Menyikapi hal itu, pihak ponpes langsung bertindak dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut.

Menurut Noor, pada hari yang sama ketika korban meninggal, PMDG Ponorogo langsung mengeluarkan pelaku dari ponpes secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orangtua mereka masing-masing. 

 “Pada prinsipnya kami, Pondok Modem Darussalam Gontor tidak memberikan toleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini,” jelas Noor Syahid.

Poin terakhir, PMDG Ponorogo siap untuk mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.

Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan, Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum AM untuk mendapatkan solusi demi kebaikan bersama.

3 Orang dianiaya

Sementara, Kapolres Ponorogo AKBP Catur Wahyu Wibowo mengungkapkan, korban kasus penganiayaan santri di Ponpes Gontor berjumlah tiga orang.

Satu orang telah meninggal dan dua masih dirawat.

Polisi sudah mengantongi identitas terduga pelaku penganiayaan santri.

Namun identitasnya belum bisa disampaikan karena polisi masih memeriksa saksi-saksi.

“Terduga pelaku dari kalangan dari santri juga. Untuk terduga pelaku nanti kita sampaikan lagi karena ini masih dalam proses penyidikan,” tutur Catur, Senin (5/9/2022).

Catur menambahkan, pemeriksaan saksi-saksi dilakukan setelah Pondok Gontor resmi melaporkan kasus itu ke Polres Ponorogo.

Sudah ada tujuh saksi yang diperiksa, yaitu santri berinisial RM dan N, serta lima saksi yang terdiri dua dokter dan tiga ustad.

Ia menyebutkan motif penganiayaan diduga dipicu karena kesalahpahaman. Hanya untuk kepastian akan didalami lagi karena butuh waktu dan proses. (*)

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Penampakan Barang Bukti dari TKP Tewasnya Santri Ponpes Gontor, Ada Tongkat Pramuka Patah Jadi Dua, 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved