Berita Semarang
Waktunya BRT Trans Semarang Gunakan BBG, Biaya Operasional Bisa Lebih Ngirit Dibanding Solar
Trans Semarang merupakan armada yang menggunakan mesin diesel sehingga penggunaan bahan bakar masih kombinasi antara solar dan gas.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: deni setiawan
"Pengiritan biaya untuk kendaraan bermesin diesel seperti Trans Semarang tentu ada, tapi tidak signifikan."
"Kalau untuk kendaraan bermesin bensin tentu akan lebih irit pakai BBG," ujarnya.
Hendrix melanjutkan, penerapan teknologi hybrid pada Trans Semarang ini 80 persen menggunakan solar dan 20 persen menggunakan gas.
Rata-rata, armada menghabiskan satu hingga dua tabung dalam sehari.
Sedangkan, kebutuhan solar untuk armada besar rata-rata 106 liter per hari.
Armada medium sekira 40 liter per hari.
Adapun kebutuhan solar untuk feeder sebanyak 40 liter per hari.
Menurutnya, seluruh armada Trans Semarang di semua koridor sudah terpasang alat penggunaan BBG.
Baca juga: Alasan Polda Jateng Kirim Tes DNA Mayat Diduga Iwan PNS Kota Semarang ke Mabes Polri, Butuh 2 Minggu
Hanya saja, baru empat koridor yang menggunakan sistem hybrid yaitu di Koridor 1, Koridor 5, Koridor 7, dan Koridor 3.
Hal ini karena stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Kota Semarang belum terjangkau seluruh koridor.
Saat ini, SPBG di Kota Semarang tersedia di tiga titik yaitu SPBG Penggaron, SPBG Mangkang, dan SPBG Kaligawe.
"Untuk menuju lokasi SPBG memperhitungkan titik keberangkatan dan garasinya."
"Kalau koridor di daerah atas harus ke Penggaron tentu jadi tambah biaya tinggi."
"Sehingga, belum menerapkan BBG," jelasnya.
Selain itu, tambah dia, alat yang sudah terpasang lama di setiap armada juga perlu maintenance atau perawatan jika hendak beralih ke BBG.