Berita Semarang
Dampak 10 Hari BBM Naik, Pedagang Pasar Semarang Mengeluh Sepi
Pedagang pasar di Semarang mengeluhkan sepinya pembeli, dampak dari kenaikan BBM
Penulis: iwan Arifianto | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Pedagang pasar di Kota Semarang mengeluh sepi imbas dari kenaikan harga BBM sepuluh hari lalu.
Mereka juga mengeluhkan beberapa harga komoditas mulai merangkak naik seperti beberapa barang kebutuhan rumah tangga, terutama cabai.
"Iya ada beberapa barang naik. Terutama cabai naik hampir dua kali lipat," ujar pedagang sembako Pasar Relokasi MAJT Semarang, Krisno (52), Selasa (13/9/2022).
Ia menjelaskan, rata-rata kebutuhan rumah tangga harganya naik semua seperti sabun, odol,terigu, garam, gula, mie instan, dan barang lainnya.
Harga bawang masih standar di kisaran harga Rp22 ribu sampai Rp23 ribu.
"Beras dan minyak masih standar, sabun dan odol masih tinggi harganya naik kisaran Rp3 ribu sampai Rp5 ribu," terangnya.
Kendati beberapa barang naik, penjualannya masih normal karena mengandalkan pelanggan-pelanggan yang sudah ada.
"Masih standar belum terdampak dari kenaikan BBM," ungkapnya.
Sebagai pedagang kecil, ia hanya berharap,ekonomi dapat berkembang baik yakni harga sembako tetap terjangkau oleh masyarakat.
"Harapannya harga naik tapi jangan terlalu biar masih ada yang beli," tuturnya.
Pedagang cabai Pasar Relokasi MAJT , Binanto (43) mengatakan, sebelum BBM naik harga cabai memang sudah mahal.
Rincian, cabai rawit merah mulanya Rp30 ribu sekarang menjadi Rp50 ribu.
Cabai keriting Rp35 ribu sekarang menjadi Rp50 ribu.
Rawit ijo Rp30 ribu sekarang menjadi Rp 35 ribu.
Cabai teropong merah Rp40 ribu menjadi Rp 50 ribu.
"Harga cabai memang naik turun tiap hari, tapi sekarang naiknya hampir 50 persen," jelasnya.
Ia menyebut, kenaikan harga cabai itu mempengaruhi daya beli masyarakat yang berkurang drastis.
Indikatornya cukup mudah yakni sebelum BBM naik penjualan dapat terpantau dari pagi sampai siang di pasar ramai.
"Sebaliknya, sekarang sampai siang gini atau sore nanti masih sepi," terangnya.
Imbasnya , kini penjualan cabainya turun hingga 50 persen.
Rawit merah 50 kilogram perhari rawit kini penjualannya menjadi 20 kilogram-30 kilogram.
Rawit hijau dari penjualan 40 kilogram menjadi 20 kilogram-25 kilogram.
Keriting 50 kilogram sampai 60 kilogram perhari sekarang hanya 30 kilogram.
"Paska BBM naik ya kenaikan hampir 50 persen. Saya rasa itu imbas kenaikan BBM, begitupun saya loper ke resto-resto, permintaan berkurang jauh," ungkapnya.
Sebagai masyarakat, ia juga merasa dampak dari kenaikan harga BBM seperti kenaikan tarif angkutan kota (angkot) anaknya.
Mulanya harga angkot tarif pelajar Rp3 ribu sekarang menjadi Rp5 ribu.
"Tak hanya lombok, beras, tepung sampai harga angkot anak saya juga naik," katanya.
Terpisah, pedagang pasar Karangayu, Royati (67) menuturkan, harga bahan pokok masih terasa mahal.
Mahalnya harga bahan pokok khususnya cabai membuat daya beli masyarakat berkurang.
"Ada yang beli cabai 5 ribu, dapat 10 butir tetap saya layani," bebernya. (Iwn)