Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Harga BBM Naik, Ojol Semarang Pilih Mancing Daripada Mengojek

Sejumlah ojek online di kota lumpia memilih mencari kesibukan lain seperti memancing ikan untuk dijual.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: raka f pujangga
Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin
Masyarakat menunggu waktu berbuka puasa sembari memancing ikan di Objek wisata Pantai Pulo Kodok, Kota Tegal, Senin (19/4/2021). 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Dampak kenaikan harga BBM dirasakan sekali bagi para pengemudi ojek online (ojol) Kota Semarang.

Mereka kebingungan di tengah himpitan kenaikan BBM yang dibarengi sepinya orderan.

Tak heran, beberapa ojek online di kota lumpia memilih mencari kesibukan lain seperti memancing ikan untuk dijual.

"Ya mending mancing, daripada nyalain aplikasi seharian zonk," ujar ojek online (ojol) Semarang, Amir kepada Tribun Jateng, Selasa (13/9/2022).

Ia mengatakan, mancing menjadi pekerjaan alternatif yang lumayan menjanjikan  untuk menyambung hidup.

Setiap kali mancing, ia mengincar ikan baramundi atau kakap putih.

Setiap kali mancing kailnya mampu menjerat dua sampai tiga ekor jenis  ikan tersebut.

Harga perkilogram ikan buruannya dipatok Rp40 ribu.

"Mancingnya di laut, daerah Mangkang Irigasi, setiap kali mancing bisa sampai dapat sembilan kilogram, lumayan untuk nyambung hidup," bebernya.

Baginya, menjadi ojek online paskakenaikan BBM semakin sulit.

Bahkan, beberapa hari terakhir orderan di angka satu sampai tiga orderan saja perhari.

Bahkan, pernah ia seharian tak mendapatkan orderan.

"Daripada muter bensin habis jadi mangkal saja, tapi itu orderan sepi," jelasnya.

Kenaikan BBM berdampak pula pada pembengkakan biaya untuk bensin. 

Ia setiap kali isi bensin yang awalnya Rp20 ribu hampir penuh, kini Rp20 ribu hanya separuh tangki.

"Seminggu isi dua kali sekarang harus tiga kali," ungkap ojol yang biasa mangkal di daerah Pamularsih itu.

Terpisah, ojek online Semarang, Ucup mengatakan, kenaikan tarif BBM membikin puyeng kepalanya.

Selain diiringi kenaikan bahan pokok di pasar maupun toko, bensin naik juga memaksanya harus antre lama di SPBU.

"Tidak tahu kenapa semenjak bensin naik antrean BBM panjang sehingga saya lebih sering mencari bensin eceran di pinggiran jalan alternatif," tuturnya. 

Ia enggan antre di SPBU lantaran antrean panjang apalagi ketika saat mengantarkan orderan.

"Ya lebih baik eceran daripada antre lama," terangnya.

Di samping itu, semenjak BBM merangkak naik harus bekerja lebih keras lantaran harus membawa cukup uang untuk keluarga.

Terjadinya pembengkakan biaya kebutuhan bensin disiasati dengan bekerja lebih lama.

"Ojol kan kerja di lapangan, harus benar-benar mutar otak biar kerja bawa uang keluarga bisa tersenyum," jelasnya.

Untuk orderan, selepas harga  BBM naik tak berpengaruh banyak terhadap akunnya.

Menurutnya, kondisinya sama saja baik ketika gacor (ramai) maupun saat gagu (sepi).

"Kalo gacor sehari sampai 20 orderan, itu bersih bawa uang Rp150 ribu.

Sebaliknya gagu hanya lima orderan. 

Tapi kalo gagu ya saya ngalong sampe dinihari yang penting bagaimana caranya pulang bawa uang," ujarnya.

Ia pun berharap, pemerintah tak bikin rakyat kecil semakin susah.

"Harga BBM naik, tarif juga naik, ojol tentu merasa semakin berat," tandasnya. (Iwn)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved