UKSW Salatiga
Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar di Kampus Kreatif
Selain itu, tantangan lainnya adalah membuat kurikulum yang mengadopsi MBKM.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
“Selain itu, tantangan lainnya adalah membuat kurikulum yang mengadopsi MBKM.
Kegiatan MBKM sebaiknya dilakukan setelah semester 5 sehingga pada semester 1 hingga semester 5 mahasiswa dapat belajar pada program studi yang mereka pilih sehingga pendidikan dasar dan kompetensi inti pada program studi mahasiswa sudah cukup matang sebelum belajar di bidang lain yang mereka minati,” tuturnya.
Tantangan lainnya adalah rekognisi Satuan Kredit Semester (SKS).
Maka dari itu, sebelum mahasiswa melaksanakan program MBKM, dapat ditentukan lebih dahulu mata kuliah apa yang akan mahasiswa ambil yang dapat direkognisi di program studi yang mereka ambil.
Sebagai penutup, Yanuar juga berpesan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan program MBKM dengan semaksimal mungkin.
Mahasiswa dapat berfokus untuk mempelajari kompetensi inti di program studi yang diambil, kemudian selanjutnya mengambil program MBKM.
Capai Esensi MBKM dengan Project Based Learning
Dalam kesempatan yang sama, Yustinus Calvin membuka materinya mengenai Project-Based Learning: From Theory to Practice dengan pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, B.A, M.B.A., yang menyatakan bahwa esensi Merdeka Belajar adalah belajar berkolaborasi dan kreativitas yang dapat dilakukan dengan Project-Based Learning (PBL).
Dalam PBL, metode pembelajaran terpusat pada siswa dan siswa mempunyai kesempatan untuk belajar secara kelompok dengan tujuan mencakup language (bahasa), content (konten), and skills (kemampuan).
Calvin juga menjelaskan bagaimana menerapkan PBL dalam kegiatan belajar mengajar di kampus.
“Dalam melaksanakan PBL, dapat dimulai dengan melihat suatu permasalahan yang ingin diselesaikan, setelah itu diperlukan adanya proses yang berkelanjutan yaitu mahasiswa mengumpulkan data dan informasi.
Tak kalah penting, sebuah projek itu juga melibatkan konteks dunia nyata, dampaknya dalam kehidupan serta ketertarikan mahasiswa dengan isu tersebut,” tutur Yustinus Calvin.
Selanjutnya, dirinya juga menambahkan mahasiswa dapat membuat projek tersebut dengan ide yang autentik, merefleksikannya, serta menerima masukan sebelum akhirnya dipresentasikan. (*)