Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kecelakaan

3 Titik Rawan Kecelakaan di Ruas Tol Trans Jawa, Salah Satunya Tol Semarang Batang di Kilometer Ini

Indonesia Toll Road Watch (ITRW) merilis tiga ruas jalan tol trans Jawa yang paling rawan kecelakaan pada  Senin (26/9/2022).

Editor: rival al manaf
Istimewa
Kecelakaan maut terjadi di di Jalur B KM 438.500 tol Bawen-Ungaran, Kabupaten Semarang, Minggu (24/9/2022) pukul 04.05 WIB. Tercatat lima orang meninggal dunia. 

TRIBUNJATENG.COM - Indonesia Toll Road Watch (ITRW) merilis tiga ruas jalan tol trans Jawa yang paling rawan kecelakaan pada  Senin (26/9/2022).

Dari tiga ruas itu salah satunya adalah Tol Semarang - Batang.

Selain itu ada juga ruas Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang).

Ruas-ruas itu disebut sering terjadi kecelakaan maut karena berbagai faktor.

Baca juga: Kecelakaan Motor Matic Ditumpangi Satu Keluarga Terperosok di Wonorejo Karanganyar, Ibu Meninggal

Baca juga: Video Korban Tewas Kecelakaan Elf di Tol Bawen-Ungaran Bertambah Jadi 7 Orang

Baca juga: Fakta Lengkap Kecelakaan Beruntun Libatkan Bus Restu, 2 Mobil dan 2 Truk BBM, 1 Orang Tewas

Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Tol Malang-Pandaan Libatkan 5 Kendaraan, Sopir Bus Tewas 

Berita duka datang bertubi-tubi dari kecelakaan lalu lintas (lalin) di Jalan Tol Trans-Jawa.

Tak sampai dua bulan, kecelakaan dengan fatalitas tinggi atau menelan korban meninggal dunia terus terjadi secara berturut-turut.

Peristiwa yang paling menyita perhatian adalah yang merenggut nyawa Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) periode 2009-2014 Hermanto Dardak di Tol Pemalang-Batang.

Kecelakaan lalin ganda tersebut terjadi di Km 341+400 B yang melibatkan dua unit kendaraan, minibus Kijang Innova bernomor polisi B 2739 UFZ yang dikemudikan oleh AS (sopir Hermanto Dardak) dengan truk Hino golongan III bermuatan tepung dengan nomor polisi K 1909 BH yang dikemudikan oleh S (31).

Selanjutnya, terjadi lagi kecelakaan maut di Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah, tepatnya di Km 253+00 Jalur A, Minggu (18/9/2022) sekitar pukul 14.15 WIB yang menewaskan lima orang.

Sementara itu, tujuh korban lainnya menderita luka ringan dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran Kabupaten Semarang.

Satu hari setelahnya, kecelakaan maut lagi-lagi terjadi.

Kali ini, di Tol Pandaan-Malang Km 77 B, Minggu (25/9/2022) pukul 17.15 WIB, menelan satu korban meninggal dunia.

Kecelakaan maut beruntun ini tentu saja mengkhawatirkan dan menimbulkan pertanyaan besar, amankah berkendara di Jalan Tol Trans-Jawa?

Hal ini mengingat hampir setiap hari ada kecelakaan di jalan tol dengan fatalitas tinggi.

Koordinator Indonesia Toll Road Watch (ITRW) Deddy Herlambang mengaku prihatin dan sangat mengkhawatirkan kecelakaan lalin yang mengakibatkan sejumlah pengendara dan pengguna tol meninggal dunia.

Kendati fatalitas tersebut disebabkan oleh laju kendaraan dengan kecepatan tinggi yang tidak disertai kemahiran pengemudi mengendalikannya akibat faktor kelelahan, Deddy menggarisbawahi faktor krusial lainnya yakni keamanan jalan tol.

Menurut catatan ITRW, ada tiga ruas yang masih sangat berbahaya dan karena itu butuh konsentrasi tinggi untuk melintasinya, yakni Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang), dan Tol Batang-Semarang.

"Tol Batang-Semarang itu ada dua titik yang sangat rawan dan berbahaya yakni Km 355 dan Km 358," ujar Deddy kepada Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Jalan tol ini dinilai berbahaya dan rawan karena minim penerangan jalan, akibatnya kondisi di ruang-ruang jalan utama (main road) gelap gulita sehingga perlu konsentrasi tinggi.

Bila terus berkendara dengan konsentrasi tinggi tanpa jeda selama lebih dari dua jam, akan menyebabkan pengemudi cepat lelah hingga akhirnya mengantuk (sindrom kelelahan kronis).

Selain itu, pada arah berlawanan, sorotan lampu jauh (high beam) dari kendaraan lain ikut berkonstribusi menambah akut sindrom kelelahan ini.

"Dua jalur jalan tol tidak dilengkapi dengan peredam silau pada masing-masing markanya."

"Tentu saja, kondisi ini menambah berat sindrom kelelahan pengendara," imbuh Deddy.

Data Polres Batang mengenai tingkat kecelakaan lalin atau dikenal dengan terminologi accident rate (AR) yang dikutip ITRW, mengonfirmasi betapa berbahayanya ruas tol ini.

Selama kurun Januari hingga 14 September 2022 saja, telah terjadi 300 kecelakaan lalin dengan fatalitas 10 orang meninggal dunia.

"Dari data ini dapat dikatakan bahwa fatalitas kecelakaan lalin di tol ini saja, mencapai 10 persen," cetus Deddy.

Baca juga: Manfaat Minum Wedang Jahe Sebelum Tidur, Bantu Kontrol Gula Darah dan Turunkan Berat Badan

Baca juga: Kisah Pilu Emak-emak di Wonokromo, Motor Untuk Jadi Ojol Dicuri, Kini Tak Ada Penghasilan

Baca juga: Innalillahi Wainnaillahi Rojiun, Petani di Brebes Tewas Terpeleset di Sungai Cigunung

Bila pada tahun 2021 terdapat total 400 AR, Deddy memproyeksikan pertengahan hingga akhir September 2022 ini trennya akan terus meningkat.

Hal ini didukung laporan PT Jasa Raharja mengenai kenaikan santunan kecelakaan lalin 2022 sebesar 17 persen dibandingkan tahun 2021.

Menurut Deddy, angka ini berpotensi akan kembali sama seperti tahun 2019 sebagai puncak kecelakaan lalin di jalan tol.

Meskipun ada ratusan kecelakaan lalin, secara umum Deddy menilai kondisi seluruh jalan tol di Indonesia, baik Tol Trans-Jawa, Tol Trans-Sumatera, dan di luar keduanya masih cukup aman dengan skala likert (likert scale) 3/5. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amankah Berkendara di Jalan Tol Trans-Jawa? Ini Tiga Ruas Paling Berbahaya"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved