Video Viral
VIRAL Video Arak-arakan "Duit Ora Payu!" dalam Pilkades di Rembang, Adik Sepupu Gus Baha Terpilih
Viral di media sosial video adik sepupu KH Bahauddin Nursalim alias Gus Baha, Muhammad Umar Faruq, diarak warga dengan diiringi teriakan
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Catur waskito Edy
Akhirnya setelah kami rembuk kami izinkan untuk mengabdikan diri di Narukan," ucap dia.
Terkait video viral iring-iringan warga yang meneriakkan kata-kata"Duit ora payu!", Gus Umam membenarkan bahwa hal itu merupakan sikap masyarakat yang tidak membutuhkan "uang suap" untuk memilih Gus Faruq.
"Memang kami ini sejak awal tidak punya kemampuan secara logistik. Tapi kami punya kekuatan interaksi sosial kepada masyarakat yang sudah terbangun sejak buyut-buyut saya," kata dia.
Menurut Gus Umam, ikatan sosial yang kuat terjalin antara keluarganya dengan masyarakat, lantaran banyak warga Desa Narukan yang mondok, ngaji, di pesantren asuhan keluarga.
"Masyarakat banyak yang ngaji di mbah saya, di kakek-kakek saya, orang tua saya, dan saudara-saudara saya yang lain," kata dia.
Gus Umam menambahkan, kultur masyarakat di Narukan memang menjunjung kerukunan dan kebersamaan tanpa membutuhkan embel-embel keuntungan material.
"Loyalitas dan militansinya memang luar biasa. Segala sesuatu tidak pernah melihat tentang pragmatisme. Segala sesuatu tidak pernah dikapitalisasi.
Terlebih adik sepupu saya maju juga karena sejak awal ada permintaan supaya ada keluarga "ndalem" (pengasuh pondok) yang maju," papar Gus Umam.
Gus Umam juga menambahkan bahwa menjalin ikatan dengan masyarakat dan tidak menggunakan politik uang merupakan doktrin keluarganya.
Bahkan, saat Gus Faruq maju mencalonkan diri dalam Pilkades, pihaknya sudah terlebih dahulu mewanti-wanti masyarakat mengenai hal ini.
"Kami katakan pada masyarakat, kalau ingin perubahan, ini bukan menjadi tanggung jawab keluarga ndalem. tapi menjadi tanggung jawab bersama.
Alhamdulillah luar biasa antusiasme masyarakat dalam mendukung adik kami," kata Gus Umam.
Gus Umam mengaku menyayangkan jika masih ada kontestan politik yang menganggap masyarakat serba pragmatis dan kapitalis.
"Lawannya (Gus Faruq) adalah kades petahana. Memang masih pola pikirnya melihat masyarakat dianggap semua pragmatis, kapitalis, memilih figur publik secara transaksional, bukan melihat kualitas kepribadian dan keteladanan. Itu mungkin yang dipakai," kata dia.
"Sementara kami tidak. Kami sejak awal melihat kultur masyarakat Narukan selalu guyub. Apalagi ketika ada gawe, misalnya haul ayah saya, tanpa diberitahu semua sudah berbondong-bondong membantu kesuksesan acara di keluarga kami. Itu sudah sejak dulu era mbah-mbah saya," tandas Gus Umam. (mzk)
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok Selasa 4 Oktober 2022, Libra Berharap Lebih Memang Tak Baik
Baca juga: GM PSIS: Soal Tiket PSIS versus Bhayangkara FC akan Kami Rapatkan Segera
Baca juga: Kakek di Bukateja Purbalingga Nekat Gantung Diri, Diduga Akibat Sakit Menahun
Baca juga: Timnas Futsal Melaju ke Perempat Final Piala Asia Futsal 2022, Lolos ke Piala Dunia?