Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

Opini Paulus Mujiran: Duka Sepakbola Duka Kita Semua

JUMLAH korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu 1 Oktober 2022 lehih dari 125 orang. Bahkan beberapa sumber menyebut

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Paulus Mujiran, SSos, MSi (Pengamat Sosial dan Pecinta Sepakbola di Semarang) 

Opini Ditulis Oleh Paulus Mujiran, SSos, MSi (Pengamat Sosial dan Pecinta Sepakbola di Semarang)

TRIBUNJATENG.COM - JUMLAH korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu 1 Oktober 2022 lehih dari 125 orang. Bahkan beberapa sumber menyebut jumlahnya sudah lebih dari angka itu. Keluarga korban terus berdatangan ke Rumah Sakit untuk mengidentifikasi kerabatnya yang menjadi korban.

Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengatakan korban meninggal di lapangan sebanyak 34 orang dan sisanya meninggal dalam perjalanan atau di rumah sakit. Dari total korban yang meninggal dunia itu, dua orang adalah anggota polisi dan sekitar 180 orang suporter masih dirawat di rumah sakit.

Tragedi yang makan banyak korban jiwa ini patut disesalkan. Ini bukan kejadian pertama dimana suporter rusuh dan memakan korban. Sudah teramat sering korban suporter jatuh di lapangan akibat pengelolaan pertandingan yang ceroboh. Bukankah ini dapat diprediksi sebelumnya mengingat sudah banyak kejadian terjadi sebelumnya?

Gas Air Mata

Tanpa bermaksud menyalahkan penggunaan gas air mata oleh aparat juga memprihatinkan. Apalagi gas itu disemprotkan ke tribune. Tanpa harus melihat bahwa itu upaya pencegahan langkah menyemprotkan gas air mata bukanlah tindakan yang bijak. Mengapa tidak menangani penonton yang masuk lapangan dan menggiring yang di tribune keluar lapangan? Mengapa ratusan aparat begitu panik sehingga bertindak ceroboh?

Sebetulnya berbagai upaya mencegah kerusuhan sudah dilakukan. Antara lain kepolisian meminta jam pertandingan diusulkan diajukan pada jam 16.30 namun tidak dihiraukan oleh panitia pelaksana pertandingan (detik.com 2/10).

Langkah lain juga dilakukan antara lain mencegah suporter Persebaya masuk Kanjuruhan dan ini sudah dilakukan. Maklum ini pertandingan besar derbi klub Jatim yakni Arema Malang dan Persebaya yang termasuk salah satu rivalitas klasik di BRI Liga I Indonesia.

Hanya Aremania

Yang hadir di stadion itu sejatinya hanya suporter Arema yang berjuluk Aremania warga Malang dan sekitarnya. Laga di lapangan sejatinya menarik. Tim tamu Persebaya berhasil mengalahkan tuan rumah dengan skor 3-2. Kemenangan ini sekaligus menepis asumsi kurang sedap yang selama ini menganggap tuan rumah selalu menang atau bahkan dimenangkan. Mitos tuan rumah tak pernah kalah di kandang pun runtuh.

Yang tentu saja patut direnungkan adalah fanatisme suporter yang menurut hemat saya sudah berlebihan. Fanatisme kedaerahan cenderung kurang dewasa dalam menyikapi kekalahan. Padahal logika dalam setiap pertandingan adalah ada pemenang dan ada yang kalah.

Karakter suporter tanah air sebagaian besar dicirikan sebagai berikut : Pertama, klub yang dibelanya harus selalu tampil sebagai pemenang. Kekalahan adalah tabu dan jangan sampai terjadi. Maka ketika timnya kalah sebagai bentuk pelampiasannya adalah marah kepada pemain, wasit, suporter lawan, merusak fasilitas stadion, fasilitas umum dengan anggapan benda dan orang-orang itu yang menyebabkan tim yang dibelanya dipecundangi.

Kedua, meski pendukung fanatik sebagian besar membeli merchandise seperti kaos, topi, zal, bendera palsu sehingga tidak memberikan pemasukan kepada klub. Meski mempunyai suporter ribuan bahkan jutaan tidak menopang pendanaan klub. Terlebih lagi kalau bisa masuk stadion dengan fasilitas gratis alias tidak membayar sehingga kurang memberi masukan pendanaan kepada klub.

Ketiga, meski ada organisasi suporter yang notabene ada ketuanya sebagaian besar hanya ikut-ikutan dan tidak tunduk kepada organisasi suporternya. Ini menyebabkan ketika di lapangan pengorganisasian sulit dilakukan dan suporter bertindak sendiri-sendiri. Celakanya kalau ada provokator mereka cenderung mengikuti perintah provokator dan bukan ketua organisasi suporter.

Kelola Surporter

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved