Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Salatiga

Inilah Ahmad Budiharjo Warga Salatiga, Sosok Pengolah Daun Kelor Jadi Suplemen Pencegah Stunting

Budi bukanlah seorang ilmuwan, namun terhitung sejak 1983 menekuni pemanfaatan bakteri, baik untuk kesehatan (probiotik) menjadi aneka suplemen.

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/M NAFIUL HARIS
Ahmad Budiharjo (70) memperlihatkan cairan probiotik ekstrak daun kelor pencegah stunting di rumahnya di Kota Salatiga, Selasa (11/10/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Sekilas, aktivitas di rumah dengan dominan cat warna putih yang terletak di RT 04 RW 05 Kampung Canden, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, nampak biasa saja.

Namun, saat berjalan dari depan melewati jalan samping menuju halaman belakang mulai terlihat berjejer puluhan tong air berukuran sekira 120 sampai 200 liter.

Akan tetapi, tong-tong tersebut bukan untuk menyimpan air, melainkan berisi ratusan liter cairan herbal hasil fermentasi sejumlah tanaman obat.

Kurang lebih, itulah kegiatan sehari-hari Ahmad Budiharjo (70) pemilik rumah tersebut.

Baca juga: Reeka Sempat Bengong Tak Percaya, Sinoeng Beri Hadiah Laptop Kepada Siswi SMPN 9 Salatiga Ini

Dia bukanlah seorang ilmuwan, namun terhitung sejak 1983 telah menekuni pemanfaatan bakteri, baik untuk kesehatan (probiotik) menjadi aneka macam suplemen.

Belakangan, dia memproduksi olahan berbahan utama daun kelor kemudian dicampur dengan madu serta air berkandungan PH tinggi menjadi nutrisi untuk mencegah stunting.

"Kita tahu selama ini tanaman daun kelor memiliki beragam manfaat."

"Salah satunya mencegah bahkan mengobati stunting."

"Lalu, saya mencoba mengolah berbentuk cair atau tetes agar mudah dikonsumsi," terangnya kepada Tribunjateng.com di rumahnya, Selasa (11/10/2022).

Budi bercerita, awal mula terpikir untuk mengolah daun kelor menjadi benda cair karena prihatin tingginya kasus stunting di Indonesia yang menempati urutan kelima di dunia.

Sejak itu, persisnya sekira 2020 dia dibantu istri serta anaknya mulai melakukan serangkaian ujicoba.

Laki-laki yang akrab disapa Budi itu menyatakan, selama ini telah mengolah aneka macam tanaman herbal seperti angkung, kunyit hitam, parijoto, dan lainnya menjadi cairan probiotik.

"Dari bukti empiris kepada anak-anak penderita (stunting) yang kami berikan cairan itu progresnya bagus."

"Mengapa probiotik?"

"Ini tidak cuma memperbaiki sel yang rusak, tapi adanya campuran bakteri baik nutrisi tinggi dalam madu dan daun kelor yang juga mengandung vitamin efeknya luar biasa," katanya.

Baca juga: Jumat Berkah, Sat Lantas Polres Salatiga Berikan Bantuan Sosial di TPA Ngronggo

Budi mengungkapkan, cairan fermentasi probiotik berbahan dasar utama daun kelor itu diberi nama 'Nutrimori' atau nama lain dari tanaman Moringa yang akrab disebut daun kelor.

Untuk pembuatannya, memakan waktu sekira 15 hari sejak madu dicampur daun kelor dengan air PH tinggi.

Pengetahuan soal penciptaan cairan probiotik, lanjutnya, dipelajari semasa kuliah di UKSW Salatiga dengan materi Mikrobiologi.

Hanya saja, terkait pembuatan formula dilakukan secara autodidak.

Oleh karena merasa tidak keluar modal, cairan nutrisi pencegah stunting itu pun kini dibagikan gratis kepada siapa saja yang membutuhkan.

"Saya memang selama ini ketika menemukan ide langsung mencoba sendiri."

"Lalu, baru dikembangkan memasukkan laboratorium dan menelitinya selanjutnya dibagikan."

"Intinya, saya ingin bermanfaat, makanya saya bagikan gratis," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (11/10/2022).

Budi menyampaikan, sebelum diubah menjadi cairan probiotik sekira 5-6 kilogram daun kelor kering diubah menjadi tepung.

Selanjutnya, tepung daun kelor dicampur dengan 10 liter air dengan PH tinggi atau bersifat basa lantas disimpan di tempat yang ditutup rapat selama 15 hari agar jadi probiotik.

Sejauh ini, kata dia, sejak diproduksi cairan nutrisi yang diklaim bisa mencegah bahkan membantu mengobati stunting itu telah dibagikan ke berbagai daerah.

Baca juga: Pengelola Masjid Agung Darul Amal Salatiga Dikukuhkan, Kini Diketuai Fakruroji

Baca juga: Meriah! Senam Bareng PKS Dihadiri Hampir 1.000 Masyarakat Kota Salatiga

Baik di Pulau Jawa maupun ke luar Jawa terutama wilayah dengan prevalnsi stunting tinggi seperti NTT, NTB, Sulawesi, dan Kalimantan.

"Mengapa saya bagi gratis?"

"Karena kalau semua sehat, jika sekitar kita sehat tentu enak."

"Tapi, jika sekitar sakit tentu kita terdampak dan dalam hidup ini tidak bisa sendiri."

"Itu motivasinya, berbuat baik itu tak perlu berharap dapat perhatian."

"Tapi apa yang saya lakukan bermanfaat untuk banyak orang ada artinya bahwa hidup ini tidak sia-sia," ucapnya.

Dia mengungkapkan, tergerak membuat cairan nutrisi untuk stunting juga karena pengalaman pribadi.

Selain aktif memanfaatkan tanaman herbal menjadi probiotik di sela-sela itu dia aktif mendampingi petani di berbagai daerah.

Pada momen itu, dia kerapkali mendapati kehidupan anak-anak desa yang kurang gizi dan nutrisi.

Semenjak itu, tekadnya membantu sesama muncul adapun merek sendiri juga tidak dipatenkan namun agar memotivasi warga untuk mengonsumsi.

"Karena yang tanpa merek ini mereka suka nggak percaya."

"Padahal, khasiatnya jauh lebih bagus karena ini non kimia."

"Untuk konsumsi bisa 2-3 kali sehari atau sekira 15 tetes yang ukuran 10 mililiter," imbuhnya. (*)

Baca juga: Yuks Ikuti Lomba Video Drone Karanganyar, Bertema Jelajah Langit Bumi Intanpari, Begini Caranya

Baca juga: Pendaftar Seleksi Perangkat Desa di Kudus Diperkirakan Membludak, Ini Alasannya

Baca juga: 9 Hari Operasi Zebra Candi Polres Jepara: 2.168 Pelanggar Ditindak, Mayoritas Tak Gunakan Helm

Baca juga: INNALILLAHI! Orang tak Dikenal Tewas Tersambar KA Dharmawangsa di Plombokan Semarang

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved