Berita Pati
Banjir Bandang Terjang Tambakromo dan Kayen Pati, Ketinggian Air di Dalam Rumah Capai Setengah Meter
Banjir bandang melanda wilayah Pati bagian selatan, yakni Kecamatan Tambakromo dan Kayen, Kamis (13/10) malam
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM – Banjir bandang melanda wilayah Pati bagian selatan, yakni Kecamatan Tambakromo dan Kayen, Kamis (13/10) malam.
Sedikitnya 500 rumah di Desa Tambaharjo, Kecamatan Tambakromo, terdampak banjir bandang tersebut. Ketinggian air di dalam rumah mencapai setengah meter.
Camat Tambakromo, Mirza Nur Hidayat mengungkapkan, fasilitas umum jalan desa juga terendam air. Begitu pula Jalan Raya Kayen-Tambakromo yang terendam sepanjang kurang lebih 700 meter.
Baca juga: Semalam Dua Kecamatan di Pati Diterjang Banjir Bandang, Henggar: Perlu Kajian Komprehensif
Baca juga: Temuan TGIPF Kengerian di Kanjuruhan Lebih dari yang Diberitakan, Ketua Umum PSSI Diminta Mundur
Adapun di wilayah Kayen, sesuai laporan Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Martinus Budi Prasetya, pada Kamis malam pukul 22.00 area di sekitar RSUD Kayen terendam air setinggi pinggang orang dewasa.
Banjir bandang tersebut didahului hujan lebat di lereng Pegunungan Kendeng yang memicu luapan air sungai.

Pada Jumat (14/10) pagi, banjir bandang terpantau telah surut.
Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Pati, Henggar Budi Anggoro, seusai meninjau lokasi banjir di wilayah Kecamatan Kayen.
“Air sudah surut. Kami coba mencari solusi. Penyebabnya harus ditangani secara komprehensif. Karena di satu sisi, di atas (Pegunungan Kendeng) dulu banyak hutan, sekarang sudah beralih fungsi.
Kemudian kondisi sungai dan saluran drainase juga perlu jadi perhatian,” kata Henggar kepada Tribun Jateng di kantor Kecamatan Gembong, Pati, Jumat.
Menurut Henggar, di Tambakromo banjir sudah terjadi sejak Kamis sore.
Banjir bandang baru sampai ke wilayah Kayen pada Kamis malam sekira pukul 19.00. Banjir bertahan beberapa jam sebelum surut.
Area tangkapan air
Henggar tidak memungkiri bahwa banjir ini antara lain disebabkan oleh berkurangnya area tangkapan hujan di wilayah atas.
“Seluruh aliran permukaan menyasar ke titik terendah karena daerah tangkapan hujan di atas, yakni pegunungan yang dulunya ada hutan, sekarang jadi lahan pertanian. Di sisi lain, saya lihat saluran drainase di sana, sungai-sungai sudah banyak sedimentasi,” ujar dia.
Henggar menegaskan, penanganan banjir rutin di wilayah Kayen dan sekitarnya itu butuh penanganan komprehensif.
Tidak hanya pengerukan endapan di sungai dan saluran drainase, melainkan juga upaya menjaga daerah tangkapan hujan dengan melakukan reboisasi. Namun pihaknya akan terlebih dahulu melakukan kajian komprehensif bersama pihak-pihak terkait.
“Sehingga, air hujan tidak semuanya jadi aliran permukaan,” ujar dia.
Untuk mengatasi persoalan banjir yang tak kunjung usai dari tahun ke tahun ini, Henggar menyatakan, sudah berkomunikasi dengan pejabat terkait di Pemprov Jawa Tengah, untuk kemudian meneruskannya dengan pihak terkait di Pemerintah Pusat, terutama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
“Harus penanganan komprehensif, tidak hanya di satu spot. Semua harus ditata. Jangan sampai penanganan tidak tepat sasaran, karena itu butuh kajian komprehensif secepatnya. Direncanakan akan dilakukan assessment sebagai pijakan menentukan langkah berikutnya,” tandas Henggar. (mzk)