Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dongeng Anak

Dongeng Anak Sebelum Tidur Gadis Penjahit Kostum

Berikut dongeng gadis penjahit kostum, cerita pengantar tidur anak. Winona seorang gadis yatim piatu. Dia bekerja di sebuah gedung opera

Penulis: Alifia | Editor: galih permadi
Shutterstock
Ilustrasi anak dan orang tua bermain gadget. 

Walikota dan para pembesar istana akan datang sebagai tamu kehormatan. Hampir setiap hari para aktor dan aktris sibuk berlatih. Para kru yang mengurusi set lampu dan dekorasi juga sibuk mengatur panggung.

Winona pun mendapat tugas berat. Dia merancang dan menjahit gaun terindah untuk Edwina. Gaun itu dibuat dari kain sutera cina yang mahal harganya, lalu disulam dengan manik-manik permata dan mutiara.

Winona menjahit gaun itu siang dan malam.

Waktu untuk menyelesaikan gaun tinggal sebentar lagi. Pertunjukan akan dimulai esok hari. Karena kelelahan, dia tertidur di ruang kostum. Lilin yang digunakan untuk menerangi ruangan tiba-tiba tersenggol tangannya. Lilin itu jatuh di atas gaun yang sedang disulamnya. Winona tersentak dari kantuknya.

Dia gelagapan sambil berusaha memadamkan api yang merambat naik membakar ujung gaun. Winona kebingungan, wajahnya pucat seketika! Kalau sampai Edwina tahu…. ugh, dia tak dapat membayangkan apa yang bakal terjadi!

Dalam kegelapan malam, Winona yang ketakutan segera berlari ke luar gedung opera. Lalu dia bersembunyi di bawah jembatan kota. Di tepi sungai dia menangis.

Air matanya jatuh ke tepian. Karena kesedihannya dia bersenandung lirih. Suaranya jernih bergema, menarik perhatian seorang gelandangan perempuan yang meringkuk di pojok jembatan.

“Kenapa bersedih, Nona?”             

Winona terperanjat. Dia menatap si gelandangan curiga. Jangan-jangan orang ini bermaksud merampoknya! Ah, tapi apa yang kumiliki sekarang, selain selembar gaun sutera yang terbakar? Pikir Winona.

“Bulan bersinar cerah. Menerangi malam gulita. Saat yang tepat untuk bersuka. Bukan untuk bermuram durja…” Gelandangan tua bersenandung. Suaranya sebening denting kristal.

Winona terpana, hatinya terhibur. Bahkan Edwina pun tak pernah bernyanyi semerdu itu! Winona mengadukan masalahnya. Dia mengakhiri ceritanya sambil mendesah putus asa. “Aku akan lari. Bersembunyi. Aku tak akan kembali ke gedung opera itu lagi.”  

“Hei, Nona, kau kira lari dari kenyataan akan memecahkan persolan? Kau bisa saja bersembunyi, tapi rasa bersalah akan terus menghantui. Hadapi masalahmu. Biarkan nasib menentukan. Yang penting kau telah berkata jujur dan terus terang.”

Winona terdiam. Betul juga kata perempuan itu. Dia harus kembali dan mengakui kesalahannya walau seberat apa pun resiko yang harus dihadapi. Mungkin dia akan dipecat atau dihukum, tapi ganjaran itu pantas ditanggung akibat keteledorannya.

Akhirnya Winona memutuskan untuk kembali ke gedung opera saat matahari mulai tinggi. Setibanya di sana, seluruh kru sedang kalang kabut. Edwina terserang radang tenggorokan.

Suaranya sama sekali hilang! Winona memberanikan diri mencari Edwina. Dia menemukan bintang panggung itu terpuruk murung di pojok kamar rias. Winona tepekur. Celaka, masalah kostum saja belum selesai, sudah ada masalah lain! Tapi… ah, ya, Winona menjentikkan jari-jarinya. Dia punya ide!

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved