OPINI
Opini Beva Anggun Lorita: Strategi Perusahaan Hadapi Era VUCA
SAAT ini dan tahun 2023 diprediksi situasi dunia makin tidak pasti. Di level paling bawah, masyarakat makin sulit taraf ekonominya. Kesejahteraan, kua
Peran Mesin
Kemajuan teknologi telah membawa berbagai macam transformasi dalam perkembangan industri. Kondisi ini menggambarkan segala proses pengaplikasian di dunia indutri mulai dibantu oleh teknologi informasi, hal ini akan berdampak pada kurangnya keterlibatan tenaga manusia dalam setiap prosesnya. Sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi dalam lingkungan kerja meningkat. Hal ini dapat berdampak pada dunia industri secara waktu dan biaya operasional.
Kondisi ini juga membuat makin banyak pekerja tidak mendapatkan pekerjaan sesuai kompetensinya. Kandidat pencari kerja atau fresh graduate tidak maksimal terserap di dunia industri. Terutama perusahaan atau industri yang lebih banyak menggunakan mesin serta teknologi informasi dalam proses produksinya.
Perang Rusia-Ukraina
Krisis geopolitik yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan gejolak yang luar biasa di dunia industri dan perekonomian. Sehingga hal ini mempengaruhi rantai suplai industri, harga bahan pokok naik, pasokan terganggu. Serapan produk di masyarakat juga tersendat. Pasar ekspor makin sempit. Dan bahkan terjadi panic buying di dalam negeri maupun luar negeri.
Harga komoditas meningkat melebihi prediksi. Biaya logistik ikut melambung. Biaya produksi dan distribusi juga tinggi akibat harga BBM naik. Menghadapi era yang berubah-ubah, industri dituntut harus mampu gesit bersaing dan berinovasi dalam proses dinamikanya. Sehingga hasil yang diberikan sesuai dengan minat kebutuhan yang diperlukan oleh masyrakat, mampu untuk efektif dan efesien dalam setiap keadaan.
Maka pemimpin perusahaan harus mampu untuk berpikir visioner ke depan. Bukan hanya menghadapi dengan cara lama namun bagaimana cara tersebut terus berkembang pula mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Dengan kata lain pemimpin dituntut untuk menciptakan inovasi dan beradaptasi untuk supaya bisai bertahan.
SDM Tidak Terserap
Banyak SDM dengan berbagai kompetensi dan keahlian tidak terserap oleh industri. Karena peusahaan lebih memilih menggunakan mesin dan teknologi. Salah satu cara untuk menyikapi kebutuhan industri maka SDM harus dinamis dan menyesuaikannya. Kaum milenial harus tetap bergerak dan berinovasi setidaknya untuk diri sendiri.
Banyak kegiatan yang bisa diikuti untuk mengasah kompetensi dan potensi diri, seperti mengikuti seminar, pelatihan pemberdayaan dan serta diskusi dengan orang-orang yang dianggap bisa untuk menjadi mentor. Kemudian kegiatan ini bisa saja diikuti bagi mereka yang sudah bekerja dan pastinya oleh para pencari pekerjaan agar memiliki modal terampil, skill dan adaptif untuk bersaing terlebih dengan teknologi yang semakin canggih.
Jadi ketika SDM sudah disiapkan dengan sedemikian baik, ia akan mampu berkembang dimana pun penempatannya. Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) menyatakan bahwa jumlah orang yang menganggur sampai laporan ini dibuat meningkat sebesar 24,7 juta dari angka tahun 2019 sebanyak 188 juta.
Konseptor
Selain itu untuk mendukungnya kegiatan ini, perusahaan bisa juga untuk mencari tenaga tim yang memang khusus memiliki kompetensi sebagai konseptor. Memikirkan dan memprediksi kedepannya rencana jalannya perusahaan, mempertimbangkan kelemahan serta kelebihannya.
Dalam menghadapi VUCA sendiri ada strategi yang bisa digunakan yakni dengan mengaplikasikan VUCA positive prime dari Bob Johanes, dengan pengertian yang berbeda. V (Vision), bagaimana masa depan yang menjadi keinginan bersama sebagai landasan dasar arah dan membangkitkan motivasi serta membentuk identitas. U (Understanding), memahami sebab akibat dan membuat transparan, memikirkan konteksnya serta merencanakan dampak penyebarannya.
C (Clarity), jelas dan sederahan, fokus pada hal yang sebenarnya penting. Sangat dibutuhkan kepercayaan, koneksi dan proses transparan, proses kolaborasi perspektif menjadi luas, harus dipahami bahwa solusi tidak lagi persifat permanen namun temporer. A (Adaptability), dituntut kegesitan dan fleksibelitas serta mempromosikan budaya yang konsisten untuk membuat keputusan dan dampaknya jika terjadi kegagalan. Perlu adanya keluwesan, mendengar dan berpikir dengan cara yang berbeda. Langkah ini baik, salah satu strategi yang bisa diimplementasikan pada perusahaan.(*Tribun Jateng Cetak)