Berita Semarang
Minimarket Semarang Masih Pajang dan Layani Pembelian Obat Paracetamol Sirup Anak
Sebuah minimarket di Jalan Polaman, Mijen, Kota Semarang masih memajang produk paracetamol sirup untuk anak-anak, Sabtu (22/10/2022).
Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebuah minimarket di Jalan Polaman, Mijen, Kota Semarang masih memajang produk paracetamol sirup untuk anak-anak, Sabtu (22/10/2022).
Produk tersebut berupa Tempra Syrup Paracetamol ukuran 60 milimeter warna putih.
Obat itu sejauh ini masih dilarang untuk dijual ke masyarakat lantaran mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang diduga biang keroknya penyebab gagal ginjal akut pada anak.
Tribun ketika mengkonfirmasi temuan itu kepada petugas toko mereka berdalih barang itu datang kemarin, Jumat (21/10/2022) sehingga tidak tahu.

"Barang itu datang kemarin, pramuniaga kami tidak tahu jika barang itu tidak boleh dijual," ujar seorang petugas toko perempuan kepada Tribun.
Petugas toko itu lantas mengambil sirup itu lalu ditaruh ke kardus di belakang rak kasir.
"Ini mau kami return," jelasnya.
Selain masih dipajang di rak belanja, Tribun juga masih menemukan petugas swalayan di dekat Terminal Gunungpati yang masih melayani pembeli paracetamol sirup anak.
Petugas pria swalayan yang tanpa menerapkan 3 S senyum,sapa, dan salam tersebut, masih melayani pembeli yang hendak membeli paracetamol sirup.
Tribun ketika menanyakan hendak membeli obat itu, petugas masih melayani alih-alih menjelaskan bahwa obat itu dilarang.
Ia mencarikan obat itu namun akhirnya dicegah oleh petugas swalayan lainnya.
"Mau kita retur, jadi tidak ada," katanya.
Hal yang berbeda ketika Tribun menyambangi sejumlah minimarket di Ngaliyan.
Sejumlah minimarket di wilayah tersebut sudah menarik produk sirup anak Paracetamol dari rak.
Petugas juga menjelaskan alasan produk itu ditarik.
"Sudah ditarik dua hari lalu. Yang ada paracetamol sirupnya karena masih diteliti jadi sementara tidak dijual dulu," kata Lina penjaga minimarket di Ngaliyan.
Menurutnya, produk itu ditarik sesuai intruksi perusahaan.
"Kami hendak retur," bebernya.
Petugas minimarket di Jalan Cangkiran Mijen, Aldi menjelaskan, di tempat kerjanya hampir empat sampai lima hari ini menurunkan barang tersebut.
"Kurang tahu persis harinya yang jelas sewaktu ramai-ramai obat itu, terus kami disuruh retur," bebernya.
Sedangkan untuk di toko kelontong di sejumlah daerah pinggiran kota Semarang sudah ada yang menarik dari rak penjualan.
"Udah ditarik BPOM, ada belasan botol, dibeli sama petugas," ujar Waidah pemilik toko kelontong di Bubakan, Mijen.
Dijelaskan, penarikan itu dilakukan empat hari lalu.
Petugas hanya menjelaskan obat itu berbahaya.
"Yang ngadepi anak saya, katanya sih masih berbahaya tidak boleh jual maka ya ga jual," katanya.
Ia menyebut, meski dilarang obat itu masih ada yang mencari.
Namun pembeli itu diberitahu soal masih dilarangnya peredaran obat tersebut.
"Kemarin ada ibu yang mencari sirup panas buat anaknya, mungkin tidak baca berita," katanya.
Sedangkan berbagai warung kelontong di wilayah Gunungpati memilih tidak menjual obat tersebut.
"Emang dari dulu tidak menjual obat itu, kami fokus jualan sembako, kalau obat ya umum saja, ga jual sirup seperti itu," ujar Yanto pemilik warung di Jetis , Gunungpati.
Terpisah, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Prof Dr Zullies Ikawati, Apt mengatakan, parasetamol sebagai obat demam dan nyeri masih aman jika digunakan sesuai dosis dan indikasi.
Namun untuk saat ini, jika benar-benar diperlukan, disarankan tidak dalam bentuk sirup.
"Bisa digunakan dalam bentuk puyer atau tablet," katanya seperti keterangan tertulis yang diterima Tribun.
Ia menjelaskan, Parasetamol sukar larut dalam air, sehingga dibutuhkan bahan tambahan sebagai pelarut.
Yang sering digunakan adalah propilen glikol atau gliserin.
Propilen glikol maupun glyserin masih dimungkinkan mengandung cemaran ETILEN GLIKOL (EG) dan DIETILEN GLIKOL (DEG) sampai batas tertentu yang dibolehkan.
Industri farmasi harus memastikan bahwa bahan bakunya minim atau bebas cemaran sebelum diformulasi.
"EG dan DEG inilah yang diduga biang keroknya yg menyebabkan gagal ginjal akut jika terdapat di atas batas yang dibolehkan," bebernya.
Ada perkembangan baru bahwa beberapa produk akhir dari sirup parasetamol diduga terindikasi mengandung EG atau DEG.
Namun hal ini belum tentu berada dalam kadar yang sampai menghasilkan efek toksis terhadap ginjal.
Pengukuran DEG dan EG dalam produk akhir juga tidak mudah karena sudah mengandung berbagai bahan lain, sehingga memerlukan metode analisis yang akurat dan sensitif.
"Apakah pemeriksaannya sudah akurat? Itu harus dipastikan," tuturnya.
Menurutnya, sebenarnya hubungan langsung antara kejadian Gagal ginjal akut dengan konsumsi sirup parasetamol (atau yg lain) masih misteri.
Sebab obat sirup parasetamol banyak yang sudah ada bertahun-tahun tanpa perubahan formula, dan digunakan aman-aman saja, kenapa tiba-tiba baru belakangan ini muncul gangguan ginjal akut.
"yang kok ya ndilalah hampir berbarengan kejadiannya dengan Gambia," ungkapnya.
Ada berbagai kemungkinan lain penyebab kejadian gagal ginjal akut, yang benar-benar perlu dicek pada pasien.
Misalnya jika benar terdeteksi ada ca oksalat di ginjal yang merupakan metabolit dari etilen glikol, perlu dicek juga asupan makanan pasien.
"karena asam oksalat juga bisa berasal dari makanan. Ataukah mungkin karena infeksi tertentu seperti leptospirosis yang juga banyak muncul di musim hujan?," paparnya.
Namun demikian, untuk kehati-hatian, untuk sementara ikuti dulu saran dari lembaga-lembaga resmi seperti BPOM, Kemenkes, asosiasi dokter, dan lainnya.
"Tetap jaga kesehatan anak-anak kita, makan sehat, istirahat cukup, lagi musim hujan jadi jaga jangan main2 terlalu ekstrim.
Kalau demam, bisa gunakan kompres dulu, atau pakai parasetamol puyer atau bentuk-bentuk lain. Jika pahit, bisa minta ditambahkan pemanis yg aman utk anak," tandasnya. (Iwn)