Berita Tegal
Kreatif, Pemuda di Tegal Manfaatkan Limbah Bulu Ayam untuk Pakan Alternatif Ternak
Kreatif dan inovatif, itulah yang tepat untuk gambarkan sosok Dwi Pradika Setiawan.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Kreatif dan inovatif, itulah yang tepat untuk menggambarkan sosok Dwi Pradika Setiawan, pemilik Gunungpur Farm, karena memiliki ide memanfaatkan limbah bulu ayam untuk pakan alternatif bagi ternak.
Ditemui Tribunjateng.com saat mengisi pameran PLPU Agribisnis pada Kamis (27/10/2022) kemarin, pria yang memiliki sapaan Dika ini bercerita bahwa awal mula memulai usaha Gunungpur Farm belum lama sekitar tahun 2020 lalu.
Dika pun sedikit bercerita mengenai awal mula ia memutuskan untuk memulai usaha sendiri sampai menemukan ide kreatif yang saat ini menjadi penghasilan utamanya.
Diceritakan, Dika merupakan lulusan Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).
Setelah lulus kuliah, Dika sempat bekerja di salah satu perusahaan media di Jakarta tepatnya tahun 2015-2020.
Namun karena pandemi Covid-19, Dika menjadi salah satu yang terdampak karena harus kena PHK dan akhirnya memutuskan pulang ke kampung halaman di Desa Cawitali, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

"Setelah memutuskan pulang kampung, saya berpikir enaknya memulai usaha atau apa. Singkatnya saya melihat banyak limbah bulu ayam bekas dari pemotongan ayam broiler yang dibuang ke sungai dekat rumah. Dari pada mencemari lingkungan, akhirnya saya ambili dan manfaatkan untuk membuat pakan alternatif untuk ternak," ungkap Dika, pada Tribunjateng.com.
Ditanya dapat ilmu mengubah bulu ayam jadi pakan ternak dari mana, pria 29 tahun ini mengaku belajar dari relasi dan bertanya kepada orang di sekitarnya yang paham atau berkompeten.
Saat tahun 2020 menemukan ide, Dika tidak langsung memasarkan produknya, tetapi melakukan riset terlebih dahulu dan awalnya dicoba dengan cara memberi pakan buatannya ke ayam peliharaannya sendiri.
Kemudian masuk tahun 2021, mulai dilakukan pengembangan dan menyuplai ke kandang ayam broiler di Desa Cawitali.
Namun karena ada suatu hal, untuk sekarang ini Dika sudah tidak menyuplai produk pakannya lagi ke kandang ayam broiler, tapi menyasar toko pakan ternak di wilayah Tegal dan sekitarnya.
Untuk proses produksi membuat pakan alternatif dari bulu ayam, Dika dibantu satu orang karyawannya.
Sementara reseller yang memasarkan produk milik Dika sejauh ini sudah ada 10 reseller. Dengan daerah pemasaran baru di wilayah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Pemalang.
"Membahas kendala yang saya alami, lebih ke proses produksi yang masih terbatas dan belum bisa dalam jumlah banyak. Hal ini, karena saya belum memiliki mesin yang lengkap untuk produksi. Jadi untuk sekarang ya produksinya masih sekala kecil, belum berani seka besar," ujarnya.
Membahas mengenai proses produksi, Dika menjelaskan bahan utama bulu ayam yang ia gunakan baru dua jenis yaitu broiler dan ayam kampung.
Adapun proses produksi ada dua metode, untuk metode pertama, awalnya bulu ayam dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dicuci, dan dikeringkan lagi.
Proses selanjutnya setelah dikeringkan, bulu ayam difermentasi menggunakan bakteri, dan selanjutnya langsung masuk proses penggilingan.
Pada saat digiling, bahan bulu ayam dicampur dengan dedek atau bekatul padi. Kemudian dicetak menyerupai bentuk butir-butir beras namun ukuran lebih besar.
Metode kedua, bulu ayam yang sudah dicuci bersih diungkep menggunakan alat sampai hancur supaya lebih mudah dicerna oleh hewan ternak.
Lamanya proses produksi mulai mencari bulu ayam, mencuci, mengeringkan, sampai siap jual, menurut Dika paling tidak membutuhkan waktu sampai sebulan dan menghasilkan dua kuintal.
Karena jumlah mesin masih terbatas, maka untuk sebulan Dika baru menghasilkan sekitar 2 kuintal pakan ternak.
Semisal mesinnya sudah besar atau lebih banyak, maka bisa menghasilkan sampai ber ton-ton.
"Harga jual kami tetap menyesuaikan harga pasar, yaitu Rp 8 ribu-Rp 10 ribu. Tapi biasanya ya sesuai pesanan pembeli, karena kami sistemnya pre-order (PO)," ujarnya.
Tidak hanya menjual pakan ternak dari bahan dasar bulu ayam yang lebih bergizi, Dika juga menjual bibit anggur impor berbagai varian.
Kurang lebih ada 27 jenis bibit anggur yang ia kembangkan sendiri untuk kemudian dijual ke masyarakat.
Varian bibit anggur yang dijual oleh Dika diantaranya anggur jupiter, transfuguration, veles, oscar, akademik, banana, everest, dobosky pink, moodrop, CRV, dan lain-lain.
Untuk pemasaran bibit anggur impor ini, masih sekitar Tegal, Pemalang, dan Brebes.
"Harga jual satu bibit anggur usia tiga bulan yang saya tawarkan untuk umum Rp 150 ribu. Nanti saya kasih gratis konsultasi sampai bisa berbuah," pungkasnya. (*)