Berita Semarang
Ada Kendala Swadaya dan Gotong Royong , Pemkot Semarang Optimis 1.000 Rumah Terima Renovasi RTLH
Pemkot Semarang terus mengejar target realisasi pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tahun 2022.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Pemkot Semarang terus mengejar target realisasi pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tahun 2022.
Pemkot melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) tahun ini menargetkan 1.000 RTLH harus direnovasi dengan anggaran perunit rumah sebesar Rp20 juta.
"Kami masih melakukan renovasi RTLH sebanyak 711 unit rumah, tapi kami optimistis tahun ini target selesai," ungkap Sekretaris Disperkim Kota Semarang, Murni Ediati saat dihubungi Tribunjateng.com, Sabtu (29/10/2022).
Program RTLH tidak hanya bersumber dari APBD Kota Semarang saja melainkan pula dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebanyak 81 unit.
Bantuan Stimulan Rumah Swadaya (BSPS) sebanyak 916 unit dan program CSR sebanyak 5 unit.
Pipie, sapaan akrabnya, menyebutkan, masyarakat dapat mengajukan program tersebut dengan kriteria luas lantai kurang dari 9 meter persegi per orang.
Dinding rusak atau tidak terbuat dari bahan permanen.
Atap rusak atau terbuat dari bahan yang mudah rusak.
Lantai berupa tanah atau terbuat dari bahan yang mudah rusak.
Tidak memiliki Mandi Cuci Kakus (MCK).
Struktur bangunan tidak memenuhi aspek keselamatan.
"Tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan rumah tidak dapat dihuni karena bencana," ungkapnya.
Syarat lainnya, imbuh dia, berupa warga Kota Semarang.
Warga miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Bukti kepemilikan lahan atau pernyataan dari lurah
"Belum mendapatkan program RTLH serupa," bebernya.
Kendati program itu sudah hampir memenuhi target ,ia mengatakan, ada beberapa kendala di lapangan seperti status lahan, letak rumah yang sulit dijangkau truk material.
"Gotong royong agak sulit dan swadaya juga sulit," ungkapnya.
Ia berharap, dengan percepatan program RTLH akan mempercepat pula kawasan kumuh di kota Semarang.
Kendati indikator kawasan kumuh tidak hanya dilihat dari indikator rumah huni yakni faktor lainnya seperti saluran, sanitasi dan kondisi jalan.
Ia melanjutkan, kawasan kumuh awal tahun 2022 masih 379.79 Hektare.
Total pengurangan kawasan kumuh sampai tahun 2021 seluas 51.76 hektare.
Proyeksi sementara pengurangan kumuh akan terjadi di skala kawasan Dadapsari, Kuningan Semarang Utara dan lokasi IBM KOTAKU 2022 di tiga Kelurahan yakni Kudu (Genuk), Tambangan (Mijen) dan Sukorejo (Gunungpati).
"Namun berhubung masih proses kontruksi sehingga pengurangan kumuhnya belum bisa dihitung," imbuhnya. (Iwn)