Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sragen

Alami Trauma Psikis, Korban Perundungan di SMAN 1 Sumberlawang Belum Mau Sekolah

Sejak dirundung gurunya karena tidak memakai kerudung, S siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang, Sragen.

zoom-inlihat foto Alami Trauma Psikis, Korban Perundungan di SMAN 1 Sumberlawang Belum Mau Sekolah
Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan
BULLYING - Ilustrasi tindakan bullying atau penindasan kepada orang lain. Tindakan bullying bisa berupa fisik atau non fisik. Setiap orang diciptakan Tuhan, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Sejak dirundung gurunya karena tidak memakai kerudung, S siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang, Sragen belum berani sekolah. Selama ini pihak keluarga memenuhi kebutuhan pendidikan dengan home schooling.

Agung Purnomo, orangtua, S mengaku sejak terjadinya perundungan itu pihaknya selalu berusaha mengembalikan kepercayaan anak, namun S belum mau bersekolah.

Diberitakan Tribunjateng.com sebelumnya, insiden tidak mengenakkan itu dialami S ketika mendapat pelajaran matematika di kelas oleh Suwarno pada Kamis (3/11/2022) lalu.

Saat itu, Suwarno menanyai agama S dan memintanya agar segera bertaubat menggunakan kerudung. Setelah kejadian itu, S izin pulang dan hingga saat ini enggan masuk sekolah.

"Sampai saat ini anak kami belum mau masuk sekolah. Setelah ini pun kami akan berusaha memberikan treatment bagaimana mereka bisa sadar dan kuat lagi," kata Agung.

Agung mengatakan, anaknya mengalami trauma psikis dimana dirinya harus secara perlahan kembali menguatkan anak agar mau bersekolah.

"Sejak awal masalah ini bagaimana kami bisa mengembalikan kepercayaan anak, membesarkan hati mereka dan memberikan treatment kepada mereka bahwa ini hanya dinamika kecil."

"Di mana di depan mereka ada masa depan yang lebih luas dan dinamika itu harus dilalui dalam setiap anak untuk meraih cita-cita," kata Agung.

Setelah perundungan itu, Agung mengaku memang berencana memindahkan, S ke sekolah lain. Namun hal itu tetap berdasarkan pertimbangan anak.

"Rencananya memang begitu (memindahkan sekolah) tapi tetap berdasarkan pertimbangan anak bagaimana mereka merasa nyaman. Dan yang terpenting adalah kami sebagai orang tua bisa memberikan rasa aman jaminan kepada anak untuk masa depan," katanya.

Sementara itu, Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama mengatakan setelah kasus ini, harus dilakukan langkah pemulihan yang melibatkan semua pihak.

Dia berharap setelah audiensi, ada aksi nyata yang terimplementasi bagaimana kualitas pendidikan anak harus baik terkhusus di Kabupaten Sragen.

"Karena sudah ada korban, maka harus mengambil langkah pemulihan. Diharapkan korban bisa melakukan kegiatan belajar mengajar kembali," harapnya. (uti)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved