Apa Itu Demensia? Ini Gejala dan Perbedaannya dengan Pikun
Apa itu Demensia? Berikut mengenai penyakit yang mengganggu kinerja fungsi otak dan perbedaannya dengan pikun.
Penulis: non | Editor: galih permadi
Apa Itu Demensia? Ini Gejala dan Perbedaannya dengan Pikun
TRIBUNJATENG.COM - Apa itu Demensia? Berikut mengenai penyakit yang mengganggu kinerja fungsi otak dan perbedaannya dengan pikun.
Apa Itu Demensia?
Sebenarnya demensia bukanlah penyakit, melainkan istilah untuk menggambarkan sekelompok gejala yang mengganggu fungsi otak.
Apabila seseorang mengalami Demensia maka akan memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak.
Baik dalam mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara.
Kondisi ini memiliki banyak sebutan lain, seperti gangguan neurokognitif mayor atau penyakit pikun.
Meski, pada dasarnya tidak semua orang yang pikun (pelupa atau sering kali lupa) mengalami demensia.
Pikun sendiri adalah menurunnya daya ingat seseorang, yang umumnya disebabkan oleh menuanya usia.
Namun, orang dengan penyakit demensia sangat khas mengalami gejala pikun yang cukup parah.
Tingkat keparahan kondisi ini bisa beragam, mulai berkisar dari yang ringan hingga berat sekali pun.
Bahkan bukan tidak mungkin, kondisi yang memengaruhi fungsi otak ini bisa mengubah kepribadian seseorang.
Penyakit yang menyerang otak ini juga bisa bersifat progresif, yang artinya dapat berkembang semakin memburuk dari waktu ke waktu.
Beberapa kasus yang mengakibatkan demensia cenderung sulit untuk pulih.
Risiko mengalami demensia memang biasanya semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Namun penting untuk dipahami, bahwa kondisi ini sebenarnya bukan merupakan bagian dari penuaan.
Demensia melibatkan kerusakan pada sel- sel saraf di otak, yang dapat terjadi pada beberapa area di otak.
Gangguan ini dapat muncul dalam bentuk yang berbeda- beda pada tiap penderita, tergantung area otak yang terkena.
Pikun karena demensia juga dapat terjadi akibat kerusakan otak yang disebabkan karena berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak.
Masalah pada pembuluh darah ini bisa terjadi karena banyak hal.
Beberapa di antaranya adalah stroke, infeksi katup jantung, atau kondisi lain pada pembuluh darah.
Gejala biasanya muncul mendadak dan seringkali didapatkan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi
atau yang pernah mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya.
Gejala Penyakit Dimensia
Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan cara berpikir, sehingga tampak perubahan pada perilaku dan cara bicara.
Gejala tersebut dapat memburuk seiring waktu.
Agar lebih jelas, berikut adalah tahapan gejala yang muncul pada penderita demensia:
Tahap 1: Pada tahap ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap normal, sehingga belum ada gejala yang terlihat.
Tahap 2: Gangguan yang terjadi pada tahap ini belum memengaruhi aktivitas sehari-hari penderita.
Contohnya, penderita menjadi sulit melakukan beragam kegiatan dalam satu waktu, sulit membuat keputusan atau memecahkan masalah,
mudah lupa akan kegiatan yang belum lama dilakukan, dan kesulitan memilih kata-kata yang tepat.
Tahap 3: Pada tahap ini, mulai terjadi gangguan mental organik.
Penderita dapat tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui, kesulitan mempelajari hal baru, suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat,
serta terjadi perubahan kepribadian dan menurunnya kemampuan bersosialisasi.
Tahap 4: Ketika memasuki tahap ini, penderita mulai membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan mandi.
Penderita juga mengalami perubahan pola tidur, kesulitan dalam membaca dan menulis, menjadi apatis, menarik diri dari lingkungan sosial,
berhalusinasi, mudah marah, dan bersikap kasar.
Tahap 5: Ketika sudah masuk ke tahap ini, seseorang dapat dikatakan mengalami demensia berat.
Demensia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri.
Penderita akan kehilangan kemampuan dasar, seperti berjalan atau duduk, tidak mengenali anggota keluarga, dan tidak mengerti bahasa.
Pengobatan Demensia
Sebagian besar tipe demensia memang tidak dapat disembuhkan.
Namun demikian, dokter dapat membantu mengelola gejala- gejala yang ada untuk memperlambat dan memperkecil berkembangnya gejala.
Misalnya dengan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur dan terapi yang menolong penderita beradaptasi untuk hidup dengan demensia.
Beberapa gejala demensia dan masalah perilaku pada awalnya dapat diterapi dengan pendekatan non obat.
Seperti modifikasi lingkungan, modifikasi respon penderita dan modifikasi tugas.
Selain terapi di atas, saat ini juga terus dikembangkan terapi alternatif.
Misalnya suplemen vitamin E, asam lemak omega-3, hingga Ginkgo biloba.
Teknik- teknik lain juga bisa membantu menurunkan kegelisahan dan memberikan relaksasi.
Misalnya dengan terapi musik, terapi menggunakan hewan peliharaan, aromaterapi, dan terapi pijatan. (*)