Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Siswa Belajar Matematika dengan Hands on Activity

Kemampuan representasi matematis untuk mendorong siswa menemukan dan membuat alat atau cara berpikir

Editor: galih permadi
IST
Sulistyaningsih Ratu Wangi, S.Pd., Guru SMPN 3 Kesesi, Kab. Pekalongan 

Oleh: Sulistyaningsih Ratu Wangi, S.Pd., Guru SMPN 3 Kesesi, Kab. Pekalongan

Pembelajaran matematika di kelas hendaknya memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk dapat melatih dan mengembangkan kemampuan representasi matematis sebagai bagian yang penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kemampuan representasi matematis untuk mendorong siswa menemukan dan membuat alat atau cara berpikir dalam mengomunikasikan ide/gagasan matematika.

Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang menunjang kompetensi-kompetensi lainnya.

Jika siswa gagal melakukan representasi dalam berbagai bentuk (visual, persamaan matematis, dan kata-kata), maka sangat mungkin ia kurang paham tentang matematika.

Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda untuk mengonstruksi pengetahuannya.

Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep.

Selain itu representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah matematis. Sebagaimana dinyatakan Brenner bahwa proses pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada keterampilan merepresentasi masalah seperti mengkonstruksi dan menggunakan representasi matematik di dalam kata-kata, grafik, tabel, dan persamaan-persamaan, penyelesaian dan manipulasi simbol.

Permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran matematika kelas delapan pada materi persamaan garis lurus di SMP Negeri 3 Kesesi kabupaten Pekalongan yaitu kurang berkembangnya kemampuan representasi matematis pada siswa.

Dengan kata lain seringkali  siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri.

Fungsi representasi yang dihasilkan siswa dalam belajar matematika dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada guru mengenai bagaimana siswa berpikir mengenai suatu konteks atau ide matematika, memberikan informasi tentang pola dan kecenderungan (trend) diantara siswa, dan digunakan oleh guru dan siswa sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Mengembangkan kemampuan matematik siswa, lingkungan belajar harus diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat.

 Dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa, diperlukan suatu pembelajaran yang aktif agar siswa terlibat dalam merepresentasikan pemahamanya.

Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Siswa yang belajar dengan pembelajaran PBL kemampuan memecahkan masalah, mengkaji, menduga, hingga membuat kesimpulan berkembang dengan baik dibanding siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kegiatan siswa dalam pembelajaran PBL diharapkan dapat berlangsung optimal manakala dilengkapi dengan hands on activity siswa. Hands on activity merupakan suatu aktivitas yang berpusat pada bahan, kegiatan manipulatif dan kegiatan praktis.

Menurut Raviv (2014:25) menyatakan bahwa hands on activity merupakan suatu kegiatan yang berbasis tim, hubungan antar-perseorangan, tetapi juga mengedepankan aktivitas individual yang mendorong peningkatan pemikiran-pemikiran kreatif anak.

Hal senada juga dinyatakan Kartono (2010: 23) bahwa hands on activity dirancang untuk melibatkan anak dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri.

Kegiatan dalam hands on activity akan membantu siswa lebih memahami dunia disekitar mereka.

menggunakan hands on activity membantu guru membuat kegiatan pembelajaran Matematika pada materi persamaan garis lurus lebih menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

Melalui hands on activity akan terbentuk suatu penghayatan secara mendalam terhadap apa yang dipelajari dan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis sebagai kemampuan kognitif siswa.

Sehingga apa yang diperoleh siswa tidak mudah dilupakan karena siswa memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman sendiri.

Sehigga siswa bisa menemukan konsep belajar matematika sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.(*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved