PLTS Kaliurip Percontohan di Jateng
Memanen Energi Surya di Pinggiran Sungai Tajum Banyumas, Wujudkan Kaliurip Jadi Desa Mandiri Energi
Ratusan panel tenaga surya menangkap sinar matahari yang menyengat di Desa Kaliurip.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: sujarwo
Petani per 700 meter dikenakan biaya setara 10 kilogram gabah per petani atau senilai Rp 40 ribu dan disetorkan ke Paguyuban Pengguna Pemanfaatan Tenaga Air Surya.
PLTS yang dimanfaatkan untuk sistem irigasi sawah di Desa Kaliurip menjadi yang terbesar di Jawa Tengah.
Mengandalkan 144 solar panel yang dipasang di tepian Sungai Tajum, dapat mengaliri 20 hektare sawah dari total potensi 60 hektare sawah warga.
Namun demikian ternyata baru 10 persen dengan kapasitasnya daya sebesar itu yang baru dimanfaatkan
Sehingga pemanfaatannya bisa dikatakan belum maksimal.
Dengan kapasitas sebesar itu, energi surya dapat dimanfaatkan bukan hanya irigasi saja.
Akan tetapi penggunaannya bisa juga keperluan rumah tangga.
Kades mengatakan memang tak sampai seperempat energi matahari yang baru dimanfaatkan.
Kedepan dirinya akan membuat terobosan pada sektor pariwisata.
Pada sisi timur Desa Kaliurip yang juga bersebelahan dengan tempat panel Surya terdapat perbukitan.
Ia mengatakan akan menjadi hal menarik apabila di atas bukit dijadikan wisata dengan daya tarik kolam dan hiasan lampu-lampu.
"Masih kita rencanakan gambarannya ada aliran listrik keatas bukit, nanti juga ada kolam entah itu pemandian atau pemancingan. Sedangkan sisanya bisa saja bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Rata-rata warga biasanya menggunakan daya 450- 900 watt dan sisanya keliatannya cukup untuk menerangi satu RT," ujarnya.
Proyek senilai Rp 1.6 miliar itu menjadi percontohan di Jawa Tengah.
Kaliurip adalah wujud desa mandiri yang mampu memanfaatkan energi terbarukan menggunakan pompa energi matahari.
Kisah itulah yang membuat tim Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menyempatkan berkunjung ke Desa Kaliurip.
"Sepertinya ini menjadi yang terbesar Desa memanfaatkan tenaga Surya untuk irigasi. Bahkan di Purworejo hanya kurang lebih satu petak dengan 36 panel sudah cukup mengairi sawah disana," kata Kitam.
Kepala bidang Energi Baru dan Energi Terbarukan ESDM, Propinsi Jawa Tengah, Eni Lestari mendukung penuh pemanfaatan energi non fosil sektor pertanian.
"Mereka mendapat pembiayaan dari Pusat dan pembimbingan dari kabupaten. PLTS Pertanian di Kaliurip sebaiknya tidak hanya sektor pertanian. Karena kebutuhannya masih berlebih dan dapat diterapkan untuk dibangun storage penyimpanan seperti tandon, atau wisata air desa. Kalau desa masih membutuhkan pengembangan seperti apa propinsi masih mengkaji lebih lanjut," katanya.
Dengan adanya sistem pompa irigasi energi listrik dari tenaga surya ini petani mampu menghemat pengeluaran biaya produksi pertanian.
Khususnya biaya pengairan tanaman berupa pembelian bahan bakar minyak sebesar 50 persen.
Petani juga mampu memproduksi sumber energi listrik secara mandiri.
Inilah wujud berkah Sungai Tajum itu ada dengan keberadaan kedung atau sumber air yang dipadukan dengan teknologi tenaga surya sebagai energi terbarukan.
Raut muram warga karena kesulitan air untuk pengairan sawah berubah senyum karena setiap saat dapat terus bercocok tanam. (*)