Opini
Opini Agustinus Fasak : Memimpin dengan Hati Nurani
ADIKAN deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat.
Berkarakter
Sistem pemilihan umum di negara-negara yang menganut paham demokrasi meyakini adagium ini suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi, Vox Dei) dalam memilih seorang kepala negara.
Pemimpin lahir dari suara kegelisahan dan harapan rakyat yang mendambahkan keadilan dan kesejahteraan.
Pengamat politik J. Kristiadi mengingatkan agar rakyat juga jangan terlena dengan ungkapan romantik dan retorik tersebut di atas. Karena kalau rakyat lengah dalam memilih maka rakyat juga yang akan menuai sengsara dan derita. Harapannya, rakyat sudah harus cerdas dan jeli dalam memilih calon pemimpin.
Di samping itu, calon pemimpin juga diharapkan memiliki karakter yang lahir dari jati diri dan bukannya bertopeng ketika berhadapan dengan masyarakat pemilih.
Karakter-karakter ideal seorang pemimpin sebagai berikut:
Pertama, pemimpin harus berbau rakyat. Pemimpin jenis ini bergulat dengan perjuangan para petani, nelayan dan rakyat miskin yang masih bermimpi tentang kesejahteraan hidup.
Pemimpin yang sadar bahwa ia terlahir dari keringat dan pengorbanan rakyat kecil. Maka prioritas utama seorang pemimpin adalah seni mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat dari pinggiran.
Kedua, pemimpin memberi gagasan dan visi kepada rakyat untuk sama-sama membangun negara.
Ia memberi ruang dan waktu kepada rakyat untuk turut mengontrol sebagai bentuk dukungan moril dan untuk memberi suara kritis yang membangun.
Ketiga, pemimpin tidak melihat kursi kekuasaan untuk melanggengkan kekuasaan melainkan sebagai sarana untuk melayani rakyat.
Karena kursi kekuasaan yang diduduki hanya lima sampai sepuluh tahun. Tetapi pelayanan seorang pemimpin yang tulus kepada rakyat akan membekas terus di dalam hati rakyatnya bahkan menjadi inspirasi bagi pemimpin selanjutnya.
Keempat, pemimpin dengan rekam jejaknya yang jelas dalam membangun kesejahteraan masyarakat berdasarkan semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Nuraninya gelisah apabila ada suku, agama, ras, dan golongan tertentu belum mendapatkan keadilan. Nuraninya bergetar apabila melihat rakyatnya bisa membangun hidup yang rukun, toleran, dan damai.
Kelima, pemimpin selalu ada untuk rakyat. Di mana ada perbedaan yang tajam, pemimpin hadir sebagai solusi dan pemersatu.
Di mana ada ketidakadilan, pemimpin hadir untuk memperjuangkan rasa keadilan bagi semua. Di mana ada kaum kecil dan lemah mengalami penindasan, pemimpin hadir sebagai penyambung suara hati nurani rakyat. (*)
Baca juga: Fokus : Selamat Berpesta, Warga Solo
Baca juga: Disnakertrans Jawa Tengah Gelar Bursa Kerja Bagi Disabilitas
Baca juga: Bazar Pangan Murah di Karanganyar Diserbu Warga, Beras 4 Ton Ludes
Baca juga: My Superhero Tomato, SD Satya Wacana Salatiga Ceritakan Perjuangan Hidup Sehat