Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Jalur Selatan Jateng Jadi Perhatian KNKT, Pengemudi Perlu Mewaspadai Bahaya Rem Blong

Pengelola bus pariwisata hendaknya mempersiapkan kendaraan dan sopir secara prima saat libur Nataru.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
tribun jateng/khoirul muzaki
Arus mudik di jalur lingkar Sumpiuh Banyumas terpantau lancar, Jumat (23/6/2017) sore. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Investigator senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengungkapkan, pengelola bus pariwisata hendaknya mempersiapkan kendaraan dan sopir secara prima saat libur Nataru. 

Terutama bagi yang hendak melintasi destinasi wisata di Jawa Tengah bagian selatan yang memiliki kontur turunan curam dan panjang.

"Daerah ekstrem di jalur selatan seperti di Dieng jalur tersebut dikenal sebagai jalur rawan longsor, kontur jalan berbahaya terutama pengemudi yang belum pernah melintas," ujarnya kepada Tribun, Kamis (22/12/2022). 

Baca juga: Ini Alasan Pengacara Keluarga Brigadir J Ancam Laporkan Ahli Psikologi Forensik

Baca juga: Kehilangan Dua Pemain Bertahan, PSIS Semarang Terus Digedor Bali United Hingga Kebobolan 2 Gol

Menurut Wildan, pengelola bus pariwisata harus mewaspadai pergantian pengemudi pengganti.

Pertama, pastikan pengemudi sudah familiar terhadap teknologi di bus.

Kedua, harus memahami rute wisata yang hendak dituju.

"Risiko rem blong cukup besar terjadi ketika melewati turunan tajam dan panjang jika pengemudi tidak paham," jelasnya.

Ia menjelaskan,  pergerakan arus kendaraan saat mudik nataru berbeda sekali dengan mudik lebaran.

Sewaktu mudik lebaran arus kendaraan lebih mudah dibaca pergerakannya karena melewati jalur yang jelas. 

Sebaliknya, pergerakan kendaraan selama liburan nataru persebarannya acak yakni ke berbagai tempat wisata sehingga jalur yang ramai dan tidak belum terpola secara jelas.

"Polanya tidak jelas, mengarah ke semua wisata baik dari barat ke timur atau sebaliknya," ungkapnya.

Melihat hal itu, ia pun mewanti-wanti ke semua pihak untuk mewaspadai dua hal yaitu mobilitas yang tinggi dan banyaknya ke destinasi wisata.

Berikutnya, kondisi cuaca yang saat ini musim hujan.

"(Jalur) perlu diwaspadai hanya dua, di jalan tol dan tempat wisata. Kami sudah bersurat ke pengelola tol dan pengelola destinasi wisata untuk menyediakan tempat istirahat," jelasnya.

Disamping itu, ia mengimbau  pengemudi di jalur tol untuk rutin memeriksa kondisi tekanan angin ban sebab fenomena ban pecah acapkali terjadi akibat tekanan angin kurang.

Kondisi hujan maupun selepas hujan hendaknya berkendara melaju dengan kecepatan kurang dari 70 km/perjam.

"Tujuannya untuk menghindari aquaplanning di jalan tol," tuturnya.

Terpisah, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata,  Djoko Setijowarno  menuturkan, meskipun mobilitas masyarakat saat Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 diperkirakan tidak setinggi lebaran, masih banyak masyarakat yang melakukan perjalanan dengan bus atau moda transportasi lainnya. 

Sudah seharusnya seluruh moda transportasi melakukan inspeksi keselamatan, terlebih saat ini sedang memasuki musim hujan.

Pengusaha bus harus mampu menunjukkan surat kir, kartu pengawas, surat ijin bus pariwisata masih berlaku.

Kemudian memastikan bahwa pengemudi memahami kondisi jalur yang akan ditempuh dan meminta dua pengemudi, meskipun perjalanan wisata hanya sehari. 

"Kepada warga pengguna bus jangan tergiur tawaran tarif sewa yang murah, namun keselamatan tidak terjamin. Bisa berangkat dan bisa pulang," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun.

Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan harus melakukan ramp check atau inspeksi keselamatan pada bus pariwisata. 

Jika ditemukan salah satu dari seluruh elemen tidak dipenuhi, lebih baik bus pariwisata tersebut tidak dijalankan.

"Moda transportasi seperti bus wisata itu rentan terjadi kecelakaan, sehingga perlu selalu diuji kelaikan jalannya tidak hanya saat hari raya, tapi harus rutin," imbuhnya.

Begitupun faktor manusia didominasi oleh perilaku tidak tertib, kemudian lengah dan melewati batas kecepatan. 

Pada musim akhir tahun atau Lebaran, akan ada perubahan perilaku di kalangan pengendara.

Mereka menjadi buru-buru agar cepat sampai tujuan sehingga mengebut.

Selain itu, kondisi jalan yang padat dan cenderung macet juga akan melelahkan fisik serta mental pengendara. 

Kelelahan itu membuat proses pengambilan keputusan menjadi bias dan lebih berisiko. 

"Jika pengemudi sudah merasa lelah, seharusnya segera beritirahat di  rest area (jika di jalan tol) atau mencari tempat yang nyaman beristirahat (bukan di jalan non tol)," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved