Berita Salatiga
Kerukunan di Dusun Thekelan, Antar Umat Beragama Saling Bersalaman Rayakan Hari Natal
Meski hujan tak mematahkan semangat warga Dusun Thekelan untuk silaturahmi.
Penulis: Hanes Walda Mufti U | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Meskipun hujan tidak mematahkan semangat para warga Dusun Thekelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang untuk silaturahmi kepada warga yang merayakan Natal.
Di Dusun Thekelan sendiri memiliki tradisi yang masih dilakukan sampai saat ini, serta kerukunan dan toleransi beragama sangat terasa yakni saling memberi selamat serta salam-salaman antar umat beragama saat hari raya agama.
Seperti yang dilakukan pada perayaan Natal kali ini, para warga yang beragama non Kristiani bersama-sama menuju Gereja Dusun Thekelan untuk memberi ucapan selamat Natal dan bersalam-salaman.
Para warga Dusun Thekelan sendiri merupakan pemeluk tiga agama besar, yakni Islam, Budha dan Nasrani.
Ketua Lembaga Dusun Thekelan, Tugimin mengatakan bahwa tradisi ini sudah dilakukan sejak nenek moyang dan turun temurun sampai saat ini.
“Untuk tradisinya sudah sejak lama sekali, sejak nenek moyang namun untuk diprogramnya satu kampung itu sudah sejak enam tahun lalu,” kata Tugimin kepada Tribunjateng.com, Minggu (25/12/2022).
Pihaknya memberi para warga untuk bertoleransi dalam bentuk apapun, sehingga hal tersebut mengimplementasikan dari apa yang sudah diajarkan masing-masing agama.
“Dalam bentuk kegiatan apapun kita memberi kesempatan yang sama di Dusun Thekelan ini seperti pelaksanaan ibadah juga diberi kebebasan masing-masing,” paparnya.
“Pembangunan tempat ibadah pun kita saling gotong-royong jadi tidak ada Gereja ini milik Nasrani begitu pula sebaliknya, kita disini tidak seperti itu,” imbuhnya.
Dirinya mengungkapkan kehidupan khususnya di kampung itu melaksanakan hasil dari ajaran yang di terima dari masing-masing agama bahwa kita hidup berdampingan dengan makhluk lain.
“Sehingga kalau misalnya kita di kampung tidak toleran dengan orang lain bahkan non agamanya nanti akan membuat kerepotan kita juga,” ungkapnya.
Tugimin menganggap bahwa satu kampung merupakan satu keluarga sehingga sangat disayangkan jika terdapat kabar buruk yang berkembang antar warga khususnya di Dusun Thekelan.
“Dengan kekompakan kita yang ada di kampung akan memperkokoh persatuan dan kesatuan walaupun tidak menyokong secara utuh dalam bangsa dan negara tetapi minimal di lingkungan kita aman,” katanya.
Sementara itu, Pendeta Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) El Shaddai, Petrus Sukiman menambahkan bahwa perayaan Natal umat Kristiani meriah dan penuh haru.
Karena para warga non Nasrani saling mengucap selamat natal dengan bersalaman dengan umat Nasrani.
“Diantara tempat-tempat yang lain diisukan tidak bisa memberikan selamat Natal, namun di Thekelan ini dari seluruh agama di dusun sangat bertoleransi dan bersahabat,” kata Petrus.
Dengan sikap menghargai antar sesama ini mewujudkan kerukunan antar warga khususnya antar umat beragama di Dusun Thekelan.
“Sebaliknya kami sebagai warga umat Kristiani juga mengucapkan kepada warga yang sedang merayakan hari raya masing-masing agamanya,” jelasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/warga-dusun-thekelan.jpg)