Berita Semarang
Hakam Sebut Penangan Stunting di Wilayah Pesisir Semarang Butuh Peran Lintas Sektoral
Kondisi pesisir Semarang dinilai memperparah kondisi stunting. Maka dari itu, Penangan Stunting di wilayah pesisir butuh kerja sama
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy
Keterkaitan tersebut dapat dilihat secara garis lurus yang mana banjir rob membuat nelayan kesulitan melaut yang berimbas pemasukan seret.
"Makan jadi seadanya begitupun bagi balita," tuturnya.
Kondisi anak stunting semakin menderita di tengah banjir rob karena daya tahan tubuh mereka rentan.
Di samping itu, mereka harus bertahan di situasi tersebut sehingga lebih mudah terserang demam, flu, diare. Hal itu berhubungan pula terhadap nafsu makan yang menurun.
"Dari persoalan itu penangan stunting di sini tak mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan," ucapnya, Sabtu (31/12/2022).
Kendati demikian, pihaknya mengklaim angka stunting di kawasan pesisir mengalami penurunan setiap tahunnya.
Pada tahun 2020 di angka 230 anak, tahun 2021 menjadi 109 anak, hingga Desember tahun 2022 turun menjadi 87 anak.
"Khusus Tambak Lorok dari RW 12 sampai RW 16 tinggal 16 anak stunting," terangnya.
Namun, lanjut dia, angka tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yang hanya dua sampai tiga orang dengan cakupan wilayah yang sama.
"Ya memang angka stunting selalu tambal sulam, anak lepas stunting tapi selalu ada temuan baru. Ada beberapa faktor penyebab selain lingkungan adapula karena pola pikir, pola asuh dan pola hidup," bebernya.
Ia menyebut, penanganan stunting di pesisir untuk lebih cepat terselesaikan harus ada diintervensi gizi secara lebih masif seperti asupan susu, suplemen atau vitamin diperbanyak.
"Pemerintah bisa kerjasama dengan akademisi bagaimana menangani persoalan ini," imbuhnya.
Berkaitan banjir rob pesisir di Semarang apakah mempengaruhi kondisi anak stunting, Dokter spesialis anak, Dr.dr.Muhammad Heru Muryawan SpA(K) mengatakan, status kesehatan dipengaruhi dari hal paling besar yakni lingkungan baik itu geografis,biologi,psikologi,sosial,ekonomi dan budaya.
Disusul perilaku kesehatan berupa perilaku hidup sehat dari masyarakat.
Kemudian genetik yakni sehat atau ada penyakit sejak dalam kandungan.