Penembakan Istri TNI
Kesaksian Widarti Saat Detik-detik Istri TNI Ditembak: Kopda Muslimin di Kamar Tak Kunjung Keluar
Mertua Kopda Muslimin Widarti menjadi sakis dalam sidang kasus percobaan pembunuhan istri TNI Rina Wulandari di Pengadilan Negeri Semarang.
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Mertua Kopda Muslimin Widarti menjadi sakis dalam sidang kasus percobaan pembunuhan istri TNI Rina Wulandari di Pengadilan Negeri Semarang
Sidang kasus penembakan yang terjadi di Jalan Cemara III nomor 7 RT 8 RW 3 Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik Semarang itu digelar di Pengadilan Negeri Semarang, Selasa (10/1/2023).
Dalam kesaksiannya Widarti mengatakan saat kejadian di sedang melihat televisi di kamar.
Baca juga: UPDATE : Istri Kopda Muslimin Korban Penembakan Menjadi Saksi di Persidangan dengan Pakai Kursi Roda
Baca juga: Penembak Istri Kopda Muslimin Bakal Disidang Pekan Depan
Baca juga: Video Lima Tersangka Kasus Penembakan Isteri Kopda Muslimin Segera Disidang
Waktu itu dirinya bersama Kopda Muslimin beserta anaknya serta tiga asisten rumah tangganya.
"Sebelum kejadian anak saya Rina Wulandari pamit menjemput anaknya di sekolah SD Srondol Wetan pukul 11.15. Anak saya mendapat kabar dari sekolahnya kalau anaknya sakit," terang Widarti.
Menurutnya penembakan terjadi sekitar pukul 11.30 WIB.
Dirinya mendengar suara letusan senjata api sebanyak dua kali.
Saat kejadian anak perempuannya berteriak meminta tolong dan memanggil suaminya.
"Setelah jemput dengar suara dor-dor. Saya mendengar teriakan anak saya memanggil papa."
"Terus saya lari. Nduk kamu kenapa apakah jatuh? Dia masuk. terus ibu aku ditembak uwong (orang). Saat itu juga saya kasih minum," tuturnya.
Saat kejadian Kopda Muslimin masih berada di kamar lantai dua dengan anaknya yang masih bayi.
Muslimin tak kunjung turun ketika istrinya tertembak. Dirinya meminta anak Rina untuk mencari ayahnya.
Widarti menuturkan Muslimin baru turun ke lantai satu lima menit setelah kejadian.
Bahkan Muslimin masih terlihat tenang saat turun ke lantai satu.
"Saya bilang mamahe ketembak. Malah bilang opo iyo."
"Terus langsung dibawa ke rumah sakit naik mobil Yaris. Saya diminta untuk di rumah menjaga anaknya yang masih bayi," ujar dia.
Widarti mengatakan suami anaknya sempat kembali ke rumah untuk mengambil KTP karena akan menjalani operasi.
Setelah itu Muslimin tidak kembali ke rumah hingga pada akhirnya dikabarkan tewas menenggak racun di rumah orang tuanya di Kendal.
"Rina dua bulan di rumah sakit. pak muslimin tidak tahu karena tidak pulang. tidak ada komunikasi sama sekali. Terus saya dibawa ke Arhanud. Katanya diamankan di asrama biar aman. saya cucu saya tiga di Arhanud," terangnya.
Dikatakannya, kejadian itu sama sekali tidak diduganya. Sebab sebelum kejadian sama sekali tidak ada tanda-tanda percekcokan di rumah tangga anaknya.
"Saat pukul 08.00 tidak terjadi apa-apa. Bahkan saat itu Kopda Muslimin beserta istrinya berada di rumah. Saat kejadian kondisi jalan sepi," tuturnya.
Ia menuturkan hingga saat ini masih tinggal di asrama Arhanud dan tidak berani pulang ke rumah di jalan Cemara III nomor 7 RT 8 RW 3 Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik Semarang.
"Besok ini Rina Wulandari akan menjalani operasi kedua. Operasi yang akan dijalani adalah bagian organ. Karena Rina terkena dua tembakan satu proyektil bersarang di organ dan yang satunya tembus," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.