Berita Semarang
Sejarah Pecinan Kota Semarang, dari Pengekangan Kolonial hingga Jadi Wilayah Multikulturalisme
Kawasan Pecinan Kota Semarang memiliki sejarah panjang. Pemerintah kolonial ternyata ikut andil dalam pembentukan kawasan tersebut.
Penulis: budi susanto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kawasan Pecinan Kota Semarang memiliki sejarah panjang.
Pemerintah kolonial ternyata ikut andil dalam pembentukan kawasan tersebut.
Adanya kawasan Pecinan Kota Semarang, dimulai pada abad ke-17.
Pada saat itu, pemerintah kolonial mulai menduduki daerah Semarang.
Tak hanya itu, mereka juga mendirikan tengsi militernya di tepi timur muara Kali Semarang.
Hal tersebut juga dicatat dalam buku Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia karya Leo Suryadinata, terbitan 1988.
Pertengahan abad 17, pemerintah kolonial menguasai semua kapal yang masuk kali Semarang.
Kondisi itu mengganggu masyarakat Tionghoa yang tinggal di hilir sungai di wilayah Simongan.
Perampasan wilayah memicu reaksi masyarakat Tionghoa, mereka melakukan pergerakan dengan menyerang tangsi militer kolonial.
Karena kalah jumlah dan persenjataan, tentara kolonial berhasil mengalahkan masyarakat Tionghoa.
Dari kekalahan itu, masyarakat Tionghoa dipindahkan dari Simongan ke arah utara, di sisi timur sungai dekat tangsi militer kolonial.
Pemindahan itu bertujuan agar pemerintah kolonial, bisa mengawasi pergerakan masyarakat Tionghoa.
Mereka ditempatkan dalam satu pemukiman berdasarkan etnis oleh pemerintah kolonial.
Lokasi itu kini menjadi Pecinan Kota Semarang, yang ada di Kauman Kecamatan Semarang Tengah.
Tak hanya etnis Tionghoa, pemerintah kolonial juga mengelompokkan etnis Arab, Jawa hingga golongan Eropa dalam pemukiman terpisah.
Catatan David Bulbeck dalam buku Chinese Economic Activity in Netherlands India terbitan 1992. Pemukiman berdasarkan etnis itu ditetapkan 1672.
Meski pemerintah kolonial mengelompokkan pemukiman berdasarkan etnis, namun sinergitas antar etnis di pecinan dan sekitarnya tetap terjalin baik.
Yang menarik, toleransi antar etnis justru terbangun lebih kuat dalam perjalanan pengelompokkan pemukiman etnis oleh pemerintah kolonial di Kota Semarang.
Bahkan menurut Asrida Ulinuha satu di antara pemerhati budaya dan sejarah Kota Semarang, pengelompokan pemukiman itu menjadikan kawasan Pecinan Kota Semarang sebagai kawasan multikulturalisme.
Jika dilihat dari sudut pandang antropologi, meski dikelompokkan masyarakat di Pecinan Kota Semarang tidak bisa lepas dari etnis lainya.
Ditambah kemiripan nasib dan kebudayaan, membuat masyarakat di Pecinan Kota Semarang mulai bekerjasama dengan etnis lainnya.
"Dari abad 17, sinergi itu terjalin hingga sekarang. Bahkan terjadi akulturasi budaya, satu di antaranya lontong cap go meh," terangnya, Sabtu (14/1/2023).
Terpisah, Sumarjo (68) satu di antara warga Gang Baru Pecinan Kota Semarang menuturkan, meski Pecinan Kota Semarang diisi oleh masyarakat Tionghoa namun hubungan antar etnis yang ada di wilayah sekitar berjalan secara baik.
Ia masih mengingatkan saat Imlek 1977, di mana masyarakat Tionghoa disuguhi tontonan wayang oleh masyarakat Jawa.
Tak hanya itu, ketika Idhul Fitri dan Natal. Masyarakat Tionghoa juga mendatangi satu persatu rumah warga yang merayakan.
"Benar-benar damai ketika itu meski saat orde baru ada stigma negatif bagi masyarakat Tionghoa, namun kami tidak merasa ada batasan. Baik masyarakat Tionghoa, Jawa, Arab dan lainnya tetap bersama-sama menjalankan kebudayaan masing-masing," imbuhnya.(*)
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Jumat 8 Agustus 2025: Berawan |
![]() |
---|
Daftar Lokasi Temuan Sesar Aktif di Semarang Berpotensi Terjadi Gempa Besar, Ada di Pusat Kota |
![]() |
---|
Dari Laut ke Bengkel Perahu: Hidup Ganda Yasin dan Nur Utomo Rawat Kehidupan Nelayan Semarang |
![]() |
---|
Beli Emas di Bawah Rp10 Juta Kini Bebas Pajak, Simak Aturan Terbaru yang Disahkan Pemerintah |
![]() |
---|
Jejak Adipati Pati di Semarang: Kisah Turmanto Juru Kunci di Tengah Rimbunnya Gunungpati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.