Oleh: Siti Zumrotul Islamiyah.,Guru SMP Negeri 2 Mertoyudan Kab. Magelang
Proses pembelajaran IPS di SMP tidak fokus pada aspek teoritis keilmuan saja, tetapi juga memberi penekanan pada segi praktis mempelajari, menelaah, serta mengkaji gejala dan masalah sosial. Kegiatan belajar mengajar IPS diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Demikian juga dalam penerapan kurikulum 2013 yang diharapkan dapat membangun keterampilan abad 21 pada siswa, yaitu creative, critical thinking, collaborative dan communicative atau disebut 4C. Secara lebih rinci pembelajaran IPS di SMP memiliki beberapa tujuan yang fundamental, antara lain sebagai berikut: (1) siswa dapat memahami dan menganalisis konsep-konsep yang berkaitan dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan kesejarahan perkembangan kehidupan masyarakat; (2) siswa memiliki keterampilan dalam berpikir kritis, berkomunikasi, berkreativitas, dan berkolaborasi dalam kerangka perkembangan teknologi terkini; (3) siswa memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan dan lingkungan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara sehingga mampu merefleksikan peran diri di tengah lingkungan sosialnya; (4) siswa menunjukkan hasil pemahaman konsep pengetahuan dan pengasahan keterampilannya dengan membuat karya atau melakukan aksi sosial. Tujuan tersebut akan dicapai secara optimal jika proses pembelajaran dapat diselenggarakan dengan ideal.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di SMP Mertoyudan 2 Kabupaten Magelang belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari indikator antara lain: (1) siswa masih pasif dalam mengikuti proses pembelajaran; (2) dalam mengerjakan tugas dari guru siswa masih mengandalkan buku teks secara berlebihan; (3) siswa belum dapat memunculkan ide-ide baru ataupun mengembangkan dan memodifikasi ide yang sudah ada; (4) ketika diberi kesempatan bertanya siswa belum menunjukan partisipasi aktifnya; (5) dalam proses diskusi kelompok siswa belum aktif mengerjakan lembar kerjanya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kurang optimalnya aktivitas siswa saat kegiatan belajar mengajar adalah pada pemilihan strategi dan atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan mempertimbangkan karakteristik pembelajaran IPS di SMP, maka guru bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik mind mapping. Menurut De Porter (2010) teknik mind mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi. Peta pikiran terbaik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar serta simbol, biasanya tampak seperti karya seni. Dipilihnya model pembelajaran kooperatif teknik mind mapping karena keunggulan yang ada pada model tersebut, antara lain: (1) materi pelajaran jadi lebih mudah dan menarik untuk dibaca, karena mind mapping bersifat visual; (2) membantu meningkatkan konsentrasi terhadap materi yang dipelajari; (3) inti pembahasan dalam pelajaran lebih jelas dipahami; (4) rantai keterhubungan antara pembahasan satu dengan pembahasan lain lebih mudah dipahami logikanya. Sehingga pemahaman akan lebih lama kita ingat, sebab kognitif siswa memahami materi pelajaran bukan menghafalnya; (5) memori ingatan dalam aspek kognitif akan meningkat; (6) proses belajar menjadi lebih partisipatif dan menyenangkan. Guru memiliki keyakinan yang besar, dengan keunggulan yang ada pada teknik mind mapping maka partisipasi aktif siswa bisa dioptimalkan sehingga hasil belajar mereka, terutama dalam pelajaran IPS bisa dicapai dengan baik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.