Guru Berkarya
Strategi Meningkatkan Unggah-ungguh Siswa dengan Metode Sosiodrama
Sopan santun atau tata krama atau dalam Bahasa Jawa disebut unggah-ungguh sangat penting dalam berinteraksi dengan orang lain.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Annisak Maulani, S.Pd., Guru Bahasa Jawa SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring
Sopan santun atau tata krama atau dalam Bahasa Jawa disebut unggah-ungguh sangat penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Frans Magnis Suseno (1985) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Etika Jawa Sebuah Analisa Filsafat Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa”, bahwa prinsip orang Jawa itu selalu merendah hati, sangat hormat kepada orang lain, bahkan rela berkorban apapun demi orang lain, sehingga terwujud hidup yang rukun dan damai. Unggah-ungguh dalam sikap dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari telah dan terus mengalami penurunan. Penurunan unggah-ungguh tersebut dapat dilihat dari cara bertutur, sikap dan perilaku peserta didik, khususnya pada peserta didik di tingkat SMP.
Menurut Mulyasa (2013) metode sosiodrama juga mempengaruhi perkembangan nilai karakter anak. Metode ini selain mengenalkan tentang nilai-nilai karakter, juga untuk mempraktikkan nilai-nilai karakter secara langsung oleh anak.
Metode sosiodrama juga sering disebut dengan metode role playing atau bermain peran. Metode ini mampu memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengenal sikap, perilaku, serta karakter-karakter orang yang patut maupun yang tidak patut ditiru. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah (2005), bahwa melalui metode role playing/bermain peran, siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, dan mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.
Rangkaian langkah kegiatan metode sosiodrama juga membuat peserta didik lebih fokus dalam pembelajaran, karena setiap peserta didik mendapatkan peran dan dituntut ikut serta dalam kegiatan drama tersebut. Meskipun tetap ada beberapa peserta didik yang gaduh saat proses pembagian peran, tanya jawab maupun saat persiapan tampil, tetapi masih kondusif dan membuat kelas lebih ‘hidup’ dan lebih menarik. Keikutsertaan dan keaktifan peserta didik pun meningkat daripada saat pembelajaran dengan metode yang sebagian besar peserta didik hanya mendengarkan dan melihat saja. Hal ini karena 100 persen peserta didik ikut dalam praktik bersosiodrama, dengan saling bergantian menjadi artis yang tampil di depan maupun sebagai penonton. Kemudian peserta didik juga lebih aktif bertanya jawab saat proses persiapan maupun saat evaluasi bersama.
Hal penting yang didapatkan dari proses pembelajaran materi Teks Dialog dengan metode sosiodrama yaitu peserta didik mengenal dan belajar secara langsung penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa serta cara bersikap atau berperilaku yang sesuai dengan tingkat tutur tersebut. Contohnya pada dialog antara tokoh utama bernama Teja dengan ibunya (Bu Murni) yang menggunakan bahasa Jawa krama alus. Peserta didik secara langsung akan mempraktikkan dan mengamati cara penggunaan basa Jawa krama alus yang baik dan benar. Kemudian peserta didik juga akan menemukan contoh cara bertutur yang sesuai dengan unggah-ungguh maupun yang tidak sesuai atau cenderung kasar, dari cara tutur dan sikap tuturnya, yang dilihat dari salah satu tokoh antagonis bernama Yoyok.
Hasil dari kegiatan sosiodrama tersebut juga dapat dilihat sikap peserta didik saat bertemu guru di lingkungan sekolah yang menganggukkan kepala atau membungkukkan badannya sedikit dan mengucap salam. Selain itu, dapat dilihat juga dari hasil nilai peserta didik saat penilaian materi teks dialog, di mana di dalam materi tersebut terdapat sub materi tentang unggah-ungguh basa Jawa. Perolehan nilai peserta didik, lebih dari 60 persen sudah mendapat nilai B sampai A (87-100), sedangkan sisanya (40 persen ) sudah mendapat nilai di atas KBM (80), yang berarti peserta didik mulai memahami penggunaan unggah-ungguh basa Jawa dalam berkomunikasi dengan orang lain.
tribunjateng.com
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.