Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Tingkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan PIKADKA

Kelas V SD Negeri Brondong, Kabupaten Pekalongan, diperoleh hasil belajar materi apresiasi cerita anak masih dibawah standar ketuntasan minimal

Editor: galih permadi
IST
Sri Indarsih, S.Pd.SD., Guru Kelas V SD Negeri Brondong, Kabupaten Pekalongan 

Oleh: Sri Indarsih, S.Pd.SD., Guru Kelas V SD Negeri Brondong, Kabupaten Pekalongan

Berdasarkan hasil penilaian harian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Brondong, Kabupaten Pekalongan, diperoleh hasil belajar materi apresiasi cerita anak masih dibawah standar ketuntasan minimal, yaitu dibawah 65. Hanya 62 persen peserta didik yang lulus KKM.

Hal ini disebabkan karena banyak peserta didik yang beranggapan bahwa muatan pelajaran Bahasa Indonesia adalah muatan pelajaran yang sangat membosankan dan lebih mudah membuat peserta didik cepat mengantuk, dan terlebih lagi ditambah suasana belajar yang monoton, sehingga keinginan dalam belajar Bahasa Indonesia materi apresiasi cerita anak ini kurang diminati oleh peserta didik.

Pada saat kegiatan belajar mengajar peserta didik tampak kurang aktif mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Di kelas guru menjadi single aktor dalam proses pembelajaran, sementara peserta didik menjadi pendengar dan penonton setia.

Hal ini menjadi perhatian penulis untuk memberikan pembelajaran yang asik dan menyenangkan supaya mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Penulis menerapkan model pembelajaran PIKADKA pada pelajaran Bahasa Indonesia materi apresiasi cerita anak.

Model pembelajaran PIKADKA merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan portal rumah belajar dari Kemdikbud. Model pembelajaran PIKADKA merupakan singkatan dari Persiapan, Introduksi, Koneksi, Apresiasi, Diskusi, Komprehensi dan Afirmasi. Singkatan ini merupakan sintaks dari model pembelajaran ini sendiri.

Model pembelajaran PIKADKA diawali dengan persiapan pembelajaran oleh guru. Dilanjutkan tahap Introduksi, peserta didik bersama guru memillih cerita anak yang akan dibahas dan diapresiasi, kemudian menentukan pengarang, penerbit, judul, dan sebagainya.

Selanjutnya tahap Koneksi, keadaan peserta didik dihubungkan dengan cerita yang dibaca. Kegiatan ini diperoleh dari konteks dan konten dari cerita yang dibaca. Untuk tahap berikutnya adalah tahap Apresiasi, pada tahap ini peserta membacakan cerita dengan mengunakan gaya Dramatical Reading.

Pada tahap selajutnya adalah kegiatan diskusi. Pada tahap ini peserta didik berdiskusi, bertukar pikiran dan gagasan tentang apresiasi cerita, dan bertanya jawab tentang Apresiasi cerita dan Unsur-Unsur Karya Sastra.

Tahap berikutnya adalah Komprehensi. Pada tahap ini peserta didik mengerjakan Lembar Kerja Peserta didik yang telah diberikan oleh guru. Peserta didik mengerjakan tugas LKPD sesuai instruksi guru. Terakhir adalah kegiatan Afirmasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penguatan dan pengukuhan terhadap hasil LKPD yang telah dibuat.

Pembelajaran mengapresiasi cerita dengan model pembelajaran PIKADKA ternyata mampu meningkatkan antusiasme dan pemahanan peserta didik, mereka lebih berinteraksi dalam pembelajaran daripada sekedar hanya pemberian tugas tanpa melaksanakan pembelajaran. Selain itu, hasil belajar peserta didik yang awalnya hanya 62 persen yang lulus KKM, sekarang sudah meningkat menjadi 97 persen.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved