Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tips dan Trik

Ini Tips Budidaya Maggot, Satu Kilo Bisa Laku Rp 80 Ribu

Bagi masyarakat yang mungkin berkeinginan atau minat budidaya maggot, ada beberapa hal yang perlu disiapkan selain modal pendanaan ataupun lahan.

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Desta Leila Kartika
Founder Larva Go, Abdul Aziz Alghifari (pakai rompi), sedang memilah sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh maggot yang dibudidayakan di tempat bernama Larva Go. Rumah budidaya milik Bank Sampah Melingkar ini berlokasi di Desa Kebandingan, RT 004/RW 001, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Rabu (22/2/2023).   

Jika bagian jeruk, maka yang dimanfaatkan hanya bagian jeruk dalamnya saja.

Sedangkan untuk limbah lainnya yang bisa dijadikan pakan maggot yaitu nasi sisa makan, ikan, sayuran dan lain-lain.

"Membahas modal, kalau budidaya maggot ini sebenarnya masing-masing bergantung luas lahannya. Tapi kalau untuk di Larva Go dengan luas 15x30 meter persegi menghabiskan dana sekitar Rp 90 juta-Rp 100 juta. Karena kebetulan lahan yang kami tempati masih sewa," terangnya.

Adapun di Larva Go, ada tiga produk unggulan yang dihasilkan dari pengelolaan limbah. 

Pertama ada maggot fresh atau basah yaitu maggot, larva atau belatung dari lalat black soldier fly (BSF) usia 18 hari dijual langsung ke komunitas peternak ikan karena untuk pakan alternatif. 

Harga maggot fresh ini Rp 7 ribu per kilogram, jika dibandingkan pakan ternak pabrikan tentu lebih terjangkau karena saat ini harga Rp 14 ribu per kilogram.

Kedua, ada produk maggot kering untuk pakan ikan hias, ayam, bahkan kucing juga bisa. Sementara penjualannya via online dengan harga Rp 80 ribu per kilogram.

Ketiga, ada produk pupuk kompos yang dihasilkan dari kotoran maggot. Harganya sendiri Rp 10 ribu per kemasan satu kilogram. (dta)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved