Banjir Jateng
Senator Abdul Kholik Gelar FGD Solusi Banjir Jawa Tengah
Jawa Tengah terancam tenggelam. Penurunan muka tanah ditambah naiknya permukaan air menjadi beberapa faktor pemicunya.
Penulis: hermawan Endra | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jawa Tengah terancam tenggelam. Penurunan muka tanah ditambah naiknya permukaan air menjadi beberapa faktor pemicunya.
Anggota DPD RI Dapil Jateng, Dr Abdul Kholik, S.H., M.Si mengungkapkan, berdasarkan berbagai kajian yang dilakukan ahli, Jawa Tengah, khususnya wilayah Pantura mengalami penurunan muka tanah 1-12 centimeter per tahun. Jika diakumulasikan, hingga tahun 2035 nanti penurunan muka tanah bisa mencapai 1,3 meter.
“Tegal, Pekalongan, kemarin kami melakukan kunjungan ke Tambaklorok Semarang situasinya sangat mengkahwatirkan dan memprohatinkan. Setiap hari kondisi tergenang air,” kata senator Dr Abdul Kholik, S.H., M.Si.
Menurutnya, banjir di berbagai daerah Jawa Tengah menjadi tantangan yang dihadapi bersama. Hal ini yang menjadi alasan pihaknya menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Solusi Banjir Jawa Tengah 2023-2035, di kantor DPD RI Jawa Tengah, Rabu (22/2).
Acara yang dimoderatori Pimpinan Redaksi Tribun Jateng, Erwin Ardian ini menghadirkan beberapa narasumber. Selain Abdul Kholik, ada juga pembicara lain yakni Kepala BPBD Jawa Tengah, Bergas C Penanggunangan, dan Kepala BBWS Pemali Juwana, M Adek Rizaldi.
Peserta FGD berasal dari berbagai mitra seperti Pemuda Pancasila, Karangtarina, Forum Taman Baca Masyarakat, Walhi, PW IPNU, Perbanusa, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka. Mereka memberikan beberapa solusi untuk mengataasi masalah ini.
Seperti yang disampaikan perwakilan PW IPNU Jawa Tengah yang mengajak stakeholder terkait untuk meningkatkan upaya pencegahan di tengah masyarakat dengan memanfaatkan platform media sosial. Konten-konten kreatif sangat dibutuhkan untuk diciptakan agar masyarakat semakin peduli untuk menjaga lingkungan.
Kepala BBWS Pemali Juwana, M Adek Rizaldi mengungkapkan, sepanjang Oktober 2022 - Januari 2023 telah terjadi 44 kejadian, seperti banjir rob, drainese, tanggul jebol dan lain sebagainya.
Menurutnya, sejak tahun 2000an banjir akibat rob dari laut yang masuk ke daratan menjadi problem yang dialami Semarang. Setiap tahunnya sekitar 3 milimeter terjadi kenaikan muka air laut.
Sedangkan penurunan muka tanah setiap daerah beda-beda. Jawa Tengah termasuk wilayah yang fenomena pengambilan air tanah tidak begitu dimoninan seperti Jakarta. Penurunan muka tanah di Jateng lebih disebabkan karena kondisi geologi yaitu tanah lapuk.
Perwakilan peserta dari BPBD Kabupaten Pati, mengungkapkan, menjamurnya penambangan ilegal di Jawa Tengah manjadi penyumbang terbesar terjadinya banjir. Pemerintah perlu menghentikan penambangan agar upaya pelestarian alam dapat berjalan.(*)
Baca juga: Bejat! Anak 15 Tahun Disuruh Melayani Nafsu Ayah Tiri Selama 3 Tahun
Baca juga: Kisah Haru Mbah Toyo, Lansia Penderita Stroke Yang Tidur Bersama Istri Yang Telah Menjadi Mayat
Baca juga: 36 Calon Jemaah Haji Berusia 80 Tahun Asal Kota Semarang Akan Dapat Prioritas, Ini Alasannya
Baca juga: Hasil Babak I Skor 1-1 Persija Jakarta Vs Barito Putera Liga 1 Macan Kemayoran Banyak Siakan Peluang
| Kunjungi Pengungsi Korban Banjir, Gubernur Ganjar: Sudah Makan Belum, Lauknya Enak Apa Tidak? |
|
|---|
| Banjir dan Longsor Landa Purworejo, Sebanyak 6.085 Warga Mengungsi |
|
|---|
| Banjir Rendam 2.351 Rumah di Banyumas, Sebanyak 620 Jiwa Mengungsi |
|
|---|
| Topan FC Salurkan Bantuan ke Korban Banjir |
|
|---|
| Banjir di Jateng, Disperindag Pastikan Stok Bahan Pangan Aman |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.