Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menteri Teten Dorong Porsi Kredit UMKM Naik Jadi 30 Persen

di Korea Selatan, besaran rasio kredit perbankan untuk UMKM berada di angka 81 persen.

Editor: Vito
TRIBUN JATENG/FAIZAL M AFFAN
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, saat memberikan sambutan dalam acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Perhimpunan BMT Indonesia, di Hotel Grasia Semarang, Kamis (9/12/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop-UKM) Teten Masduki meminta perbankan untuk dapat meningkatkan rasio kredit UMKM menjadi 30 persen untuk memfasilitasi pembiayaan pada sektor itu.

Menurutnya, saat ini rasio kredit perbankan untuk UMKM baru di kisaran angka 20 persen. Ia pun mencontohkan keberanian perbankan di Korea Selatan, yang besaran rasio kreditnya untuk UMKM berada di angka 81 persen.

"Kami dorong kebijakan 30 persen kredit perbankan untuk UMKM. UMKM kita meskipun menyediakan 97 persen lapangan kerja, tapi kredit perbankan baru 20 persen," katanya, dalam sesi wawancara khusus di Kantor Redaksi Tribunnews, Jakarta, Rabu (1/3).

"Coba bandingkan Korea Selatan yang 81 persen kredit perbankan untuk UMKM, yang besar dari pasar modal. Ini kan salah satu kebijakan afirmasi. Tapi (saya tahu-Red) kalau bank enggak terlalu happy," sambungnya.

Bukan tanpa alasan, dorongan tersebut bertujuan agar para pelaku UMKM dapat dengan mudah mendapatkan akses pembiayaan. Dengan begitu, produk dan bisnisnya dapat naik kelas ke level yang lebih besar.

Tak hanya dorongan rasio kredit perbankan, Teten menuturkan, satu upaya pemerintah untuk dapat mendorong bisnis UMKM berkembang yaitu kebijakan untuk memperbanyak dan menyerap produk lokal.

Hal itu dilakukan melalui kewajiban bagi kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah berbelanja produk dalam negeri minimal 40 persen dari anggarannya.

"Pemerintah pusat dan daerah harus membeli produk-produk UMKM dan koperasi yang nilainya sekitar 40 persen (dari anggaran-Red). Ini memang kebijakan afirmasi untuk menguatkan ekonomi UMKM," jelasnya.

"Sebab kalau tidak dibeli produknya, itu UMKM kita tidak punya kesempatan untuk meningkatkan kualitas produknya," sambungnya. (Tribunnews/Bambang Ismoyo)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved