Guru Berkarya
Scramble Memecahkan Kebuntuan Belajar tentang Koordinat Kartesius
Matematika memang sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan.
Nur Eni Cahyoning, S.Pd.
Guru SMP N 2 Petarukan Kabupaten Pemalang
Scramble Memecahkan kebuntuan Belajar tentang Koordinat Kartesius
TRIBUNJATENG.COM - Proses pembelajaran matematika identik dengan mempelajari penggunaan benda-benda yang ada disekitar lingkungan masyarakat, keindentikan penggunaan benda-benda tersebut harusnya mempermudah peserta didik untuk membayangkan bahkan mengkonkritkan. Para peserta didik dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan benda atau objek. Peserta didik diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan atau tabel-tabel, ataupun model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau turunan matematika lainnya.
Problematika yang muncul adalah peserta didik kelas delapan pada Guru SMP N 2 Petarukan Kabupaten Pemalang, pada KD 3.2 Menjelaskan kedudukan titik dalam bidang koordinat Kartesius yang dihubungkan dengan masalah kontekstual. Ada peserta didik yang sudah jelas cara menentukan kedudukan titik dalam bidang koordinat Kartesius, cara menyelesaikannya masih menggunakan model yang lama sehingga menyita waktu dalam menyelesaikan soal tersebut. Matematika memang sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan.
Karena anggapan tersebut, ada peserta didik semakin tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini dapat berimbas pada pemahaman materi matematika dan hasil pembelajaran matematika. Saat ini matematika mempunyai standar kelulusan yang jauh lebih rendah di banding mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan karena matematika dianggap sulit diterima oleh peserta didik. Penulis melihat situasi peserta didik dalam berhitung masih rendah dan kurang lancarnya membaca nama bilangan. Maka penulis menerapkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan model scramble modifikasi dengan angka.
Metode Scramble seperti halnya model pembelajaran Word Square, yang menggunakan kata-kata sebagai media pembelajaran, bedanya jawaban pertanyaan tidak disusun dalam bentuk kotak jawaban, tetapi jawaban sudah tertulis dalam susunan huruf dan angka yang acak. Sebagaimana yang dikatakan Shoimin (2014: 166) model pembelajaran scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf.
Langkah-langkahnya antara lain, pertama, guru menyajikan materi sesuai dengan topik pembelajaran yaitu tentang menentukan kedudukan titik dalam bidang koordinat Kartesius. Kedua, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-5 anak. Ketiga, kemudian guru membuat salinan kalimat-kalimat beserta angka yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. Keempat, guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya kemudian membagikan kartu soal tersebut. Kelima, peserta didik dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.
Keenam, peserta didik diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan peserta didik dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan. Pada model pembelajaran acak kata modifikasi angka, tidak ada peserta didik atau anggota kelompok yang pasif atau hanya diam. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran scramble membuat peserta didik lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena model pembelajaran scramble memungkinkan para peserta didik untuk belajar sambil bermain. Karena bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan, sehingga memberi manfaat yang besar bagi perkembangan peserta didik. (*)
tribunjateng.com
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.