Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Sejarah

SOSOK Gadis Tionghoa Jadi Pemicu Kekalahan Perang, Ini Deretan Kisah Asmara Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro, tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia terkenal dengan Perang Jawa melawan penjajah Belanda pada tahun 1825-1830.

Kolase Warta Kota/Ilustrasi/Istimewa
Selama 150 tahun keris Pangeran Diponegoro hilang, keris Kyai Naga Siluman dipulangkan ke tanah air. 

Salah satu selirnya yang terakhir, Siti Aminah, dikabarkan cukup cantik jelita dan sempat memancing mata keranjang Asisten Residen Belanda untuk Yogyakarta, P.F.H. Chevallier, yang suka main perempuan.

Siti Aminah pernah hidup beberapa bulan bersama Chevallier sebelum Perang Jawa terjadi.

Perempuan yang Picu Kekalahan Perang

Selama masa perang, setelah kematian keempat istrinya pada tahun 1827 akibat wabah kolera, Pangeran Diponegoro mengawini tiga perempuan baru sekaligus di penghujung November 1827.

Salah satunya adalah Raden Ayu Retnoningsih (1810-1885), putri Bupati Keniten (Madiun), dan kemenakan perempuan Raden Ronggo Prawirodirjo III, yang di mata Pangeran Diponegoro adalah seorang pahlawan.

Saat dinikahi Pangeran Diponegoro, Retnoningsih masih berusia 17 tahun dan diakui sebagai istri yang sangat cantik oleh Knoerle, opsir yang mengawal sang pangeran di pengasingan.

Retnoningsih adalah satu-satunya istri resmi yang menemani Pangeran Diponegoro di pengasingan dan memberinya dua anak.

Namun, ada satu perempuan yang konon menjadi penyebab kekalahan terbesar Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda.

Perempuan itu adalah seorang gadis muda beretnis Tionghoa yang menjadi tawanan perang di Kedaren.

Pangeran Diponegoro tertarik dengan kecantikan gadis itu dan menjadikannya sebagai tukang pijatnya.

Menurut Peter Carey, pada malam 14 Oktober 1826, sebelum pertempuran besar di Gowok, Pangeran Diponegoro tidur dengan gadis Tionghoa itu dan lupa mengatur strategi perang.

Akibatnya, ia kalah telak dalam pertempuran tersebut dan kehilangan banyak pasukan dan persenjataan.

Pangeran Diponegoro sendiri mengakui bahwa kekalahan itu disebabkan oleh godaan perempuan.

Kisah asmara Pangeran Diponegoro yang para wanita ini menunjukkan bahwa sang pahlawan juga memiliki sisi manusiawi yang tidak luput dari cinta dan nafsu.

Namun, hal itu tidak mengurangi kebesaran jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. (*)

Baca juga: Update Klasemen MotoGP 2023, Francesco Bagnaia Tergeser dari Puncak Setelah GP Argentina

Baca juga: Antisipasi Penyebaran Uang Palsu, Polres Kudus Sidak Jasa Penukaran Uang

Baca juga: Kesaksian Eni Ungkap Detik-detik Penggerebekan Rumah Mewah, 20 WNA Digelandang Polisi

Baca juga: Pantau Operasi Pasar, Ganjar Pastikan Harga Bahan Pokok Jelang Lebaran Stabil

Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved