Wonosobo Hebat

Inilah Tradisi Selametan Tedun Bada Umat Penganut Aboge di Binangun Wonosobo

TRIBUN JATENG/IMAH MASITOH
Warga penganut Aboge di Dusun Binangun, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo bersalaman dan mengucapkan kata maaf antar warga dengan iringan shalawat, Minggu (23/4/2023).  

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Umat Islam penganut penanggalan Alif Rebo Wage (Aboge) di Wonosobo memiliki tradisi Lebaran yang terus dilestarikan hingga saat ini. 

Lokasinya berada di Dusun Binangun, Kelurahan Mudal, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo.

Berjarak sekira 5,8 kilometer dari pusat kota Wonosobo. 

Tradisi Lebaran ini bernama Selametan Tedun Bada yang dilaksanakan setelah salat Idulfitri ataupun satu hari setelah hari raya.

Baca juga: Arus Mudik H-1 Lebaran di Simpang Kertek Wonosobo Terpantau Lancar

Tradisi ini menjadi bentuk ucapan rasa syukur setelah menjalani puasa Ramadan.

Umat Islam penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun berjumlah sekira 40 persen. 

Perhitungan penentuan puasa dan Lebaran umat Islam penganut Aboge berbeda dengan perhitungan biasanya yang berdasarkan rukyatul hilal maupun metode hisab. 

Penganut penanggalan Aboge menentukan awal puasa dan Lebaran dengan rumusnya sendiri berdasarkan tahun Jawa. 

Menurut Sarno Kusnandar selaku sesepuh penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun Wonosobo mengatakan, 1 Syawal tahun ini jatuh pada Minggu (23/4/2023) Wage sesuai perhitungan penanggalan Jawa. 

"Aboge berasal dari kata tahun Alif, tanggal 1 Suro, hari Rebo Wage."

"Tahun Alif tanggal 1 Suro ini menjadi tahun baru Aboge, perhitungan awal puasa maupun 1 Syawal dihitung dari sini," jelasnya kepada Tribunjateng.com, Minggu (23/4/2023). 

Baca juga: Tak Hanya Mercon, Polda Jateng Awasi Balon Udara saat Lebaran : Wonosobo Jadi Fokus

Penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun, merayakan Hari Raya Idulfitri 1444 H pada Minggu (23/4/2023). 

Tradisi Tedun Bada pun dilaksanakan pada Minggu (23/04/2023) pagi di Masjid Al Huda, Dusun Binangun. 

Sebelumnya, saat malam Lebaran, penganut penanggalan Aboge di Dusun Binangun berkumpul untuk melakukan doa bersama yang disebut sebagai Malem Riyadi. 

Tradisi Tedun Bada tidak hanya dilakukan oleh penganut penanggalan Aboge, namun semua warga Dusun Binangun bahkan antar dusun turut mengikuti. 

Sekira pukul 07.00 kaum laki-laki berkumpul di masjid dengan membawa nasi setengah lingkaran atau disebut golong separo atau kenong lengkap dengan berbagai lauk pauk. 

Makanan yang dibawa akan dibuka, lantas kesepuhan agama setempat akan memimpin doa bersama.

Setelah itu, makanan yang dibawa akan disantap bersama ataupun dibawa pulang kembali. 

Baca juga: Ratusan Jemaah Salat Idulfitri di Masjid Agung Jami Wonosobo, Ini Pesan Bupati Afif

Setelah Selametan Tedun Bada, warga berkumpul untuk bersalam-salaman.

Warga akan berjalan satu per satu sembari bersalaman dan mengucapkan kata maaf antar warga dengan iringan shalawat. 

Menurut Lurah Mudal, Saliman mengungkapkan islam penganut penanggalan Aboge di Wonosobo hanya ada di Dusun Binangun begitu juga dengan tradisi Selametan Tedun Bada. 

Menurutnya, tradisi ini menjadi media silaturahmi antar warga setiap Hari Raya Idulfitri setiap tahunnya.

"Tradisi ini cukup bagus sehingga masyarakat ini masih tetap melaksanakan untuk menjalin kesatuan dan persatuan," ungkapnya. 

Meski tahun ini Hari Raya Idulfitri tidak bersama, umat Islam penganut penanggalan Aboge maupun warga lainnya tetap guyub rukun melaksanakan tradisi ini dengan penuh kegembiraan. (*)

Baca juga: Senin 24 April Pukul 14.00, Pemberlakuan One Way Mulai GT Kalikangkung Semarang

Baca juga: BREAKING NEWS, Remaja Usia 17 Tahun Tenggelam Terseret Ombak Pantai Lembahpurwo Kebumen

Baca juga: Berikut Prediksi Arus Balik Lebaran 2023, Tahun Ini Ada 2 Gelombang

Baca juga: Posko Aduan THR Masih Buka, Kemenaker: Total Saat Ini Ada 2.303 Aduan, 278 Sudah Ditindaklanjuti