Berita Jateng
Mengenal Tradisi Syawalan di Jateng, Tiap Daerah Punya Ciri Khasnya yang Harus Dilestarikan
Meski di beberapa daerah istilah yang digunakan berbeda-beda, ada yang menyebutnya Syawalan, Kupatan, Lebaran Kupat, atau Sedekah Laut.
TRIBUNJATENG.COM - Masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah sangat akrab dengan tradisi Syawalan.
Meski di beberapa daerah istilah yang digunakan berbeda-beda, ada yang menyebutnya Syawalan, Kupatan, Lebaran Kupat, atau Sedekah Laut, namun tradisi ini dilaksanakan hampir bersamaan, yaitu pada bulan Syawal, tepatnya satu pekan setelah hari raya Idul Fitri.
Di Jawa Tengah, tradisi ini sudah menjadi aktivitas sakral bagi masyarakat muslim, bahkan disebut juga dengan Lebaran kedua.
Di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah misalnya, Syawalan dilakukan seminggu setelah Lebaran di setiap tahunnya.
Baca juga: Detik-detik Kapolres AKBP Yudha Pranata Tancapkan Sangkur ke Meja Saat Sedang Berdialog dengan Warga
Baca juga: Klasemen Timnas U22 Indonesia Setelah Kalahkan Filipina, Garuda Kuasai Grup A SEA Games 2023
Baca juga: Chord Sebuah Rahasia Peewee Gaskin, dan Kau Percaya Tak Ada yang Lebih Baik dari Ini
Tujuan tradisi Syawalan tersebut untuk mendoakan para ulama yang telah menyebarkan agama Islam di wilayah Kendal.
Tradisi Syawalan telah berlangsung ratusan tahun yang masih dilakukan hingga saat ini.
Begitu juga di Pekalongan, Tradisi Syawalan dilakukan pada 8 Syawal.
Lopis raksasa menjadi salah satu simbol kuliner khas tradisi ini. Tujuan pembuatan lopis tersebut sesuai dengan sifat lopis yang lengket, yaitu untuk mempererat silaturahmi masyarakat Krapyak dan sekitarnya.
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko mengatakan, di Jawa tradisi ini memang dikenal dengan banyak nama serta bermacam ritualnya.
Namun menurutnya, keberagaman yang ada merupakan kekayaan budaya Jawa, dengan nilai-nilai kearifan lokal di masing-masing daerah.
"Tradisi ini perlu dilestarikan, dan dijaga keberagaman akan nilai-nilai kedaerahannya."
"Memang pelaksanaan tradisi ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, namun mereka memiliki tujuan dan maksud yang sama. Dan itulah kekayaan budaya yang ada di sini," katanya, (28/4/2023).
Pemerintah, menurutnya juga perlu andil dalam melestarikan tradisi ini.
"Bentuk suportnya dengan memfasilitasi pelaksanaan tradisi. Karena dalam tradisi tersebut terkandung nilai-nilai yang kuat akan akar sejarah peradaban di wilayah tersebut."
"Makanya ada perbedaan tiap daerah dalam menjalani tradisi ini. Perbedaan juga sangat terlihat antara masyarakat pesisir dengan masyarakat pegunungan dalam menjalani tradisi ini, meski waktu dan tujuannya hampir sama," katanya.
Gubernur Ahmad Luthfi Jamin Tunjangan Perumahan Anggota DPRD Jateng Tidak Naik |
![]() |
---|
Mudahkan Layanan Masyarakat, Ahmad Luthfi Luncurkan Modernisasi Pembayaran Bus Trans Jateng |
![]() |
---|
Dorong Industri Otomotif, Pemprov Jateng Beri Diskon Pajak Kendaraan Hingga 50 Persen |
![]() |
---|
Umrah Kini Jadi Gaya Hidup Masyarakat Jawa Tengah, Kamila: Sudah Percaya Arisha Tour |
![]() |
---|
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Dorong Industri Jasa Keuangan Gerakkan Ekonomi Desa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.