Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ibu Tewas Peluk Bayi

BREAKING NEWS - Istri Tewas Peluk Bayi di Pati Dianiaya Suami Siri, 2 Anak Peluk Belakang Jasad Ibu

Ibu tewas sembari peluk bayinya di Pati ternyata dibunuh suaminya sendiri. Polisi akhirnya menangkap Mashuri (45) sebagai tersangka kasus Kekerasan

|
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: galih permadi
TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal
Mashuri (45), berkaus oranye, digelandang ke Satreskrim Polresta Pati, Jumat (16/6/2023). Dia ditetapkan sebagai tersangka kasus KDRT yang mengakibatkan istrinya, Budiati (31), tewas. 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Ibu tewas sembari peluk bayinya di Pati ternyata dibunuh suaminya sendiri. 

Polisi akhirnya menangkap Mashuri (45) sebagai tersangka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mengakibatkan istrinya, Budiati (31), tewas dengan luka-luka lebam.

Mengenakan kaus oranye, Mashuri menunduk-nunduk malu saat digelandang ke ruang interogasi Sat Reskrim Polresta Pati, Jumat (16/6/2023).

Sebelumnya, Budiati ditemukan tewas di dalam rumah kontrakannya di Perumahan Griya Pesona II, Dukuh Ngipik RT 9 RW 3, Desa Kutoharjo, Kecamatan/Kabupaten Pati, Rabu (14/6/2023) malam.

Mashuri sendiri yang kali pertama mengetahuinya.

Baca juga: 2 Wanita Warga Ungaran Semarang Ditangkap Polisi, Berangkatkan Puluhan Pekerja Gunakan Visa Wisata

Baca juga: Heboh Sungai Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu, PDAM Solo Terpaksa Stop Produksi Air Sementara

Baca juga: Misteri Kematian Ibu Peluk Bayi di Pati Terkuak dan Suami Ditangkap, Kata Ayah Korban Mengejutkan

Dia baru pulang setelah beberapa hari bekerja di Kabupaten Rembang.

Menurut keterangan tetangga, Mashuri memang biasanya hanya sepekan dua kali mengunjungi Budiati.

Saat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, Budiati tengah memeluk anak ketiganya yang masih bayi dan belum genap berusia satu bulan. 

Adapun anak pertama dan keduanya yang berusia 4 dan 2 tahun memeluk Budiati dari belakang.

Ketiga anak itu kondisinya lemas. Bahkan si anak bungsu dehidrasi dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Melihat istrinya sudah tak bernyawa, Mashuri langsung keluar meminta tolong pada warga.

Kecurigaan timbul karena pada jasad Budiati ada bekas luka lebam di kepala.

Belakangan, kecurigaan itu terbukti.

Kasat Reskrim Polresta Pati Kompol Onkoseno G Sukahar mengatakan, dari hasil autopsi memang disimpulkan bahwa sebelum tewas Budiati sempat menerima tindakan penganiayaan.

Saat diinterogasi, Mashuri juga mengakui pernah memukuli istrinya.

Hal itulah yang mendasari polisi menetapkan Mashuri sebagai tersangka.

"Dari hasil autopsi, ditemukan memar-memar di kepala korban yang pada akhirnya mengakibatkan korban meninggal dunia.

Tapi itu tidak terjadi seketika. Itu akumulasi dari penganiayaan yang dilakukan suaminya. Terlebih karena korban kondisinya belum fit pascamelahirkan.

Akhirnya dipicu luka lebam itu, korban meninggal dunia," kata Onkoseno saat ditemui awak media di Kantor Sat Reskrim Polresta Pati, Jumat (16/6/2023).

Ia menambahkan, Budiati diduga sudah meninggal dunia sejak Selasa (13/6/2023).

"Suami korban mengakui melakukan pemukulan pada istrinya pada Jumat sepekan sebelumnya.

Tapi sebelum itu juga pernah melakukan penganiayaan karena sifatnya temperamental," ujar dia.

Menurut Onkoseno, Mashuri mengaku marah pada istrinya dan melakukan penganiayaan karena dipicu rasa cemburu. 

"Dia bilang, saat mau melihat HP (ponsel) istrinya, dia dilarang. Hal ini membuat pelaku mencurigai istrinya punya selingkuhan," kata dia.

Garis polisi melintang di pagar rumah kontrakan di Pati tempat Budiati (31) ditemukan tewas pada Rabu (14/6/2023) malam.
Garis polisi melintang di pagar rumah kontrakan di Pati tempat Budiati (31) ditemukan tewas pada Rabu (14/6/2023) malam. (Tribunjateng.com/Mazka Hauzan Naufal)

Kata Ayah Korban

Terpisah, ayah Budiati, Gunadi (61), mengatakan bahwa putrinya dipukuli oleh Mashuri pada Jumat (9/6/2023) lalu.

"Sabtu (10/6/2023) itu saya mengunjungi cucu-cucu saya untuk memberi uang jajan. Saat itu anak saya menangis sambil matanya melirik suaminya.

Dia menangis sambil tangannya menekan bagian tubuhnya yang sakit. Ternyata dia dipukuli pada hari Jumat," kata Gunadi saat ditemui di kediamannya, Desa Karangrejo, Kecamatan Juwana.

Gunadi mengatakan, sebelum diketahui bahwa Budiati telah meninggal, cucu-cucunya tidak mengetahui bahwa ibunya sudah tiada.

"Jadi selama hampir dua hari dua malam mereka terlantar. Makan apa saja yang ada di kulkas. Begitu makanan di kulkas habis ya sudah," kata dia.

Menurut Gunadi, orang yang kali pertama mengetahui bahwa Budiati telah meninggal bukanlah Mashuri, melainkan Ketua RT setempat.

"Ketahuannya itu karena anak yang bayi nangis lama tidak diberi susu. Akhirnya Pak RT mendobrak pintu dan melihat anak saya sudah meninggal.

Lalu Pak RT lapor polisi. Setelah Pak RT datang, baru suami anak saya pura-pura datang dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan teriak minta tolong.

Dia juga takut waktu ada yang lapor polisi. Berarti kan dia punya kesalahan," jelas Gunadi.

Saat itu, menurut Gunadi, Mashuri tampak gelisah. Dia merokok satu-dua hisapan lalu rokoknya dibuang sebelum habis.

Seperti itu berulang kali. Mashuri juga terus memegangi kepalanya. Dari situlah Gunadi menaruh curiga.

Terlebih, selama ini Gunadi tidak pernah mengikhlaskan anaknya dinikahi oleh Mashuri.

Menurut Gunadi, Mashuri adalah menantu tidak sah. Sebab, putrinya hanya dinikahi secara sirri.

"Anak saya itu sebelumnya punya suami sah waktu masih kerja di Jakarta.

Belum pernah cerai. Tapi saat pulang ke Pati, kenal Mashuri, dia selalu didesak untuk menceraikan suaminya," ucap dia.

Gunadi menyebut, tanpa seizin dirinya, Mashuri membawa kabur Budiati.

"Begitu dapat surat merah (akta cerai) langsung dinikahi secara tidak resmi. Nikah sirri.

Saya dibohongi katanya harus setuju karena anak saya sudah mengandung anak dari Mashuri," ungkap dia.

Menurut Gunadi, dia tidak merestui hubungan anaknya dengan Mashuri karena selama ini ia melihat Mashuri berwatak keras dan mudah marah. Dia juga punya kebiasaan buruk mabuk-mabukan dan berjudi.

Gunadi berharap Mashuri bisa dihukum seberat-beratnya. 

"Saya ikhlas atas kepergian anak saya. Saya doakan diterima di sisi Allah.

Tapi jangan sampai anak saya mati konyol, nyawanya direndahkan. Karena itu pelaku harus dihukum seberat-beratnya. Kalau hukumannya ringan, saya berani membunuh (pelaku) dan rela dipenjara," tegas Gunadi.

Saat ini, anak sulung dan anak kedua Budiati dirawat oleh Gunadi di rumahnya. Sementara, anak bungsu yang masih bayi saat ini masih mendapat perawatan intensif di RSUD RAA Soewondo Pati. (mzk)

Baca juga: PSIS Semarang Jamu Kampiun Liga Kamboja 2023 Phnom Penh Crown FC , Ini Persiapannya

Baca juga: Kronologi Sekeluarga Terkurung Kobaran Api, 4 Orang Tewas Mengenaskan Dalam Kebakaran

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved