Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Akun Youtube LBH Diserbu Alumni PIP Semarang : 'Kami Bangga Masuk Sekolah Ring Tinju'

Akun YouTube LBH Semarang yang merekam konferensi pers kasus PIP Semarang diserbu para alumni sekolah tersebut.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG / Iwan Arifianto.
Tangkapan layar saat konferensi pers yang digelar secara virtual oleh LBH Semarang terkait kasus kekerasan terhadap seorang taruna PIP Semarang berinisial MGG, di Kota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Akun Youtube LBH Semarang yang merekam konferensi pers kasus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang diserbu para alumni sekolah tersebut.

Tribun mengakses akun tersebut pada, Kamis (22/6/2023) pukul 18.45 WIB.

Di waktu tersebut, sudah ada 792 komentar dengan jumlah tayangan hingga 8.400 viewer.

Baca juga: Komnas HAM Sudah Temukan Benang Merah Dalam Kasus Kekerasan di PIP Semarang

Mayoritas komentar berisi testimoni bangganya mereka menjadi alumni dari kampus kedinasan tersebut.

Namun, banyak pula yang memojokan korban kekerasan PIP Semarang, MGG (19) dan keluarganya.

"Saya bangga menjadi bagian dari PIP Semarang, kalo lemah mending ga usah kuliah di sekdin, kuliah saja di ketiak mama," tulis akun Anggrian Sukamto1605 di akun YouTube LBH Semarang.

"Kami bangga masuk sekolah ring tinju (emot love tiga kali) salah mu kenapa masuk sekolah ring tinju, tidak perlu menangis," tulis akun user-wt8ulxb2l.

"Karena 1 orang  seperti ini, ribuan orang yang sudah sukses disalahkan jadi seakan akan salah masuk kampus," tulis akun Marchellinuslvan.

Kuasa Hukum Korban dari LBH Semarang, Ignatius Rhadite mengatakan, akun YouTube LBH Semarang memang ramai komentar yang mengintimidasi.

Hal itu baginya hal biasa bagian dari risiko perjuangan untuk mengupayakan perubahan sistem pendidikan sekolah kedinasan yang sistemik.

Baginya, ada upaya besar pasti ada risiko dan konsekuensi yang dihadapi.

"Risiko perjuangan jadi kami tak diambil pusing. Kami lebih khawatir terhadap korban dan keluarganya. Mereka sampai sore ini (Kamis, 22 Juni) masih mendapatkan tekanan," katanya, Kamis (22/6/2023).

Tekanan itu berupa chat WhatsApp, SMS hingga dirrect message (DM) di akun Instagram pribadi korban dan keluarganya.

Korban sejauh ini masih mendapatkan kekerasan  bersifat psikis berupa umpatan, caci-maki, dengan nada menyalahkan.

"Kami meminta korban untuk tidak banyak menggunakan handphone. Nomor mencurigakan diblok, semua pesan terkait kasus itu jangan direspon," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved