Proxy War Jadi Tantangan Keamanan Masa Kini, Karakter Bangsa Harus Diperkuat
Proxy war jadi ancaman keamanan siber di masa modern seperti saat ini. Proxy war semakin membayangi pergerakan kemajuan Indonesia.
TRIBUNJATENG.COM - Proxy war jadi ancaman keamanan siber di masa modern seperti saat ini.
Proxy war semakin membayangi pergerakan kemajuan Indonesia.
Ancaman perang ini berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta segala hal yang berkaitan dengan keselamatan umum.
Untuk itu karakter bangsa harus diperkuat untuk bisa memenangkan perang ini.
Baca juga: Hari Raya Idul Adha, Pemain Persijap Jepara Libur Latihan 3 Hari
Baca juga: Bejatnya 4 Pemuda Mabuk di Lapangan Lihat Bocah Perempuan 13 Tahun Diperkosa Bergiliran
Baca juga: Misteri 3 Jasad Bayi Hasil Inses Ayah dan Anak di Purwokerto yang Belum Ditemukan, Warga Bantu Cari
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko mengungkapkan, proxy war ini semakin massif terjadi melalui kanalisasi pikiran.
Khususnya yang mengancam kemajuan anak muda, persatuan dan kesatuan, serta kesejahteraan masyarakat.
“Hari ini kita melihat tentangan pembangunan nasional semakin tajam. Ruang internal seperti pembangunan ideologi, perkembangan teknologi dan informasi, kekuatan ekonomi global, maupun konflik sosial SARA masih menjadi isu yang belum tuntas dan butuh penyelesaian,” ungkapnya.
Selain itu, ia menjelaskan, dalam proxy war ini, terdapat pula tantangan eksternal yang cukup senstif. Di mana mencakup perkembangan energi, kedaulatan pangan, dan perekonomian masyarakat dan negara.
“Food (makanan), Finance (finansial), dan Fuel (bahan bakar) adalah ranjau utama dalam keberlangsungan proxy war. Untuk membuat tiga kunci tersebut menjadi senjata keamanan bangsa, perlu adanya rumusan serta paham yang menjadikannya sebagai rudal kita dalam penyejahteraan bersama,” katanya.
Dalam hal ini, Heri menerangkan, Indonesia dan khususnya Jawa Tengah, perlu membangkitkan dan mengobarkan lagi bentuk jati diri dan karakter bangsa. Baik secara paham, pemikiran maupun laku sosialnya.
“Tentu harus ada pendekatan yang berbeda. Karena perang ini bentuknya tidak dengan gencatan senjata, tetapi paham yang pergerakannya susah terdeteksi dan runcing menyasar masyarakat secara individu,” jelasnya.
“Jika mau menggali, kita sudah lebih dulu diperkenlakan oleh Bung Karno dengan Tri Sakti yang mencakup kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan penguatan kepribadian bangsa Indonesia. Senjata yang kita miliki ini perlu dikobarkan lagi dalam benak masyarakat serta tindak dalam perpolitikan dan pembuatan kebijakan,” paparnya.
Sehingga, lanjut Heri, sikap kita dalam pembangunan berkelanjutan tidak serta merta berdasarkan mengikuti era, tetapi juga memiliki esensi yang proaktif terhadap kemajuan dan kesejahteraan bersama.
“Bangsa kita ini berdiri tegak dalam kerangka masyarakat majemuk yang beranekaragam dan toleran. Ada empat elemen yang harus selalu kita sisipkan dalam pembentukan pembangunan, yakni nilai luhur, karakter, pekerti dan jati diri bangsa,” ucapnya.
Penguatan Karakter Bangsa
Keamanan Siber Jadi Prioritas Pemkab Wonosobo Hadapi Ancaman Digital |
![]() |
---|
Inilah Kisah Anang dari Batang Saksikan Deny Caknan Manggung di Konser Kebangsaan Kendal |
![]() |
---|
Hadapi Era Digital, Udinus dan BSSN Kembangkan Riset Post-Quantum Cryptography |
![]() |
---|
SENIKO 2025 Kupas Tuntas AI dan Keamanan Siber untuk Masa Depan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Apa Itu Sekolah Virtual Kebangsaan II yang Digelar LDII di Hotel Santika Premier Semarang Hari Ini? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.