Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Kisah Desa Para Janda, Hampir Seluruh Populasi Laki-Laki Meninggal karena Penyakit Paru-Paru

Sebuah desa di India dikenal sebagai "desa para janda". Hampir seluruh populasi laki-laki di sana meninggal karena penyakit paru-paru.

Tribunnews.com/Freepik
ILUSTRASI pernikahan di India. (Freepik) 

TRIBUNJATENG.COM - Sebuah desa di India dikenal sebagai "desa para janda".

Hampir seluruh populasi laki-laki di sana meninggal karena penyakit paru-paru.

Ini kisahnya.

Baca juga: China Buka Shelter Bom sebagai Tempat Pendinginan Darurat saat Suhu Capai 35 Derajat Celcius

Jumma Bai, seorang janda berusia 40 tahun, memegang palu dan pahatan, sembari berjalan menuju tempat dia bekerja di lokasi pertambangan, tempat yang juga merenggut nyawa suaminya dua dekade lalu.

Setiap hari, Jumma bekerja ditemani oleh tiga anak perempuannya dan para janda lainnya.

Kepala mereka ditutupi dengan ujung kain sari, saat mereka memukul batu-batuan besar dengan palu, sembari menghirup debu silika halus yang memenuhi udara di sekitar mereka.

Dengan tangan kosong, Jumma dan rekannya mengukir serta memecah batu-batuan pasir itu selama hampir 10 jam per hari.

Secara tragis, para janda ini kehilangan suami mereka karena silikosis, penyakit paru-paru yang mematikan dan tidak dapat disembuhkan, akibat dari menghirup debu silika tersebut.

"Ada banyak perjuangan setelah kematian suami saya.

Ada saat-saat ketika tidak ada tepung di rumah untuk memasak makanan.

Kami biasa tidur dalam keadaan lapar," kata Jumma kepada tim DW sembari memecah batuan.

"Ketika anak-anak perempuan saya sudah besar," kata Jumma, "saya meminta mereka untuk belajar, tetapi mereka berkata 'ibu, bagaimana ibu akan memberi makan kami sendirian,' dan memutuskan untuk ikut bekerja dengan saya," jelasnya.

Satu-satunya mata pencaharian

Karena terlalu lama terpapar debu silika halus tersebut, Jumma bangun setiap harinya dengan rasa nyeri di kepala dan dadanya.

Meski mengalami masalah kesehatan, dia tetap pergi bekerja untuk menafkahi keluarganya, karena tidak ada pilihan lain.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved