Berita Slawi
Cerita Riyadin Puluhan Tahun Mencari Ikan di Waduk Cacaban Tegal, Dapat 50 Kilogram Semalam Suntuk
Sebuah destinasi wisata yang ada di Kabupaten Tegal yakni Waduk Cacaban menjadi ladang mata pencaharian warga sekitar.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Sebuah destinasi wisata yang ada di Kabupaten Tegal yakni Waduk Cacaban, selain rujukan tempat rekreasi juga menjadi tempat mencari nafkah untuk warga terutama yang berprofesi sebagai nelayan.
Mengingat di area Waduk Cacaban yang sangat luas, terdapat banyak ikan dan hal itu dimanfaatkan sebagian warga untuk sekedar menyalurkan hobi memancing ataupun sebagai mata pencaharian.
Hal itu, juga diakui Riyadin, seorang nelayan yang biasa mencari ikan di perairan Waduk Cacaban.
Baca juga: Libur Lebaran 1444 Hijriah, Objek Wisata Waduk Cacaban Tegal Dikunjungi Ribuan Wisatawan
Bahkan aktivitas tersebut sudah dilakukan Riyadin sejak masih kecil, dan terus berlangsung sampai saat ini usianya 25 tahun.
Sehingga total sudah puluhan tahun Riyadin mencari ikan di Waduk Cacaban, selain untuk memenuhi kebutuhan anak dan isteri, aktivitas tersebut juga sudah menjadi hobinya sejak kecil.
"Saya mencari ikan tidak setiap hari, kadang seminggu tiga atau empat kali. Ya saya biasanya cuma di sini (Waduk Cacaban) saja cari ikan nya tidak ada lokasi lain. Sudah lama, puluhan tahun, kebetulan karena memang hobi juga jadi ya tidak ada rasa bosan," ungkap Riyadin, saat ditemui Tribunjateng.com di area Waduk Cacaban, Kamis (20/7/2023).
Jenis ikan yang biasa diperoleh Riyadin yaitu ikan Mujair, ikan Golsom, Toman, dan ikan Gabus.
Biasanya sekali menjaring atau mencari ikan, Riyadin bisa memperoleh 4-5 kilogram ikan tetapi itu hanya dalam waktu singkat.
Jika mencari ikan semalam suntuk bisa memperoleh sampai 50 kilogram ikan dan biasanya langsung dijual ke tengkulak yang sudah menjadi langganan.
Dikatakan Riyadin, waktu yang baik karena terdapat banyak ikan yakni seperti sekarang ini Juli sampai Agustus.
Tepatnya saat musim kemarau karena air surut sehingga banyak ikan. Tapi ketika sedang naik, maka tidak ada ikan.
"Saya biasanya sendiri saja, pakai perahu punya sendiri juga. Saya malah lebih sering berangkat cari ikan saat malam hari, dan sejauh ini tidak pernah ada gangguan aneh-aneh baik manusia semisal pencuri atau diganggu hantu. Karena kalau malam di sini juga banyak orang yang mencari ikan," ujarnya.

Selain berprofesi sebagai nelayan, Riyadin juga mengaku memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai petani jagung di lahan sendiri.
Tapi karena sekarang ini sedang musim kemarau, maka Riyadin memilih untuk mencari ikan saja di Waduk Cacaban.
Ditanya mengenai kendala atau kesulitan yang dihadapi sejauh ini, Riyadin mengatakan ikan hasil tangkapan nelayan susah dijual karena jumlah tengkulak di area Waduk Cacaban terbatas.
Dikatakan Riyadin, tengkulak hanya berjumlah dua tempat saja, sehingga ketika tangkapan ikan sedang banyak Riyadin malah bingung menjual kemana.
Riyadin berharap kedepannya tengkulak akan lebih banyak jumlahnya, sehingga para nelayan tidak kebingungan akan menjual kemana jika hasil tangkapannya melimpah.
"Harga jual ikan masing-masing bergantung jenis dan ukurannya. Seperti ikan gabus harga Rp 20 ribu per kilogram, ikan mujair besar harga Rp 15 ribu per kilogram dan yang kecil Rp 10 ribu per kilogram. Ada juga yang per kilogram nya dijual harga Rp 8 ribu ukuran ikan kecil," terang Riyadin.
Terkait biaya yang dikeluarkan Riyadin sekali mencari ikan, yakni untuk beli bensin Rp 12 ribu satu liter sedangkan sekali jalan paling tidak membutuhkan bensin dua liter sehingga untuk bensin Rp 24 ribu.
Belum ditambah biaya pemeliharaan perahu milik sendiri.
Adapun harga perahu plus mesin diesel milik Riyadin yakni hampir Rp 10 juta.
Baca juga: Waduk Cacaban Menjadi Daya Tarik Tempat Ngabuburit Asyik di Kabupaten Tegal
"Ketika ikan susah dijual ya saya berhenti tidak ke Waduk Cacaban dulu. Nanti sementara bertani dulu. Ikan tidak diolah sendiri, jadi ya selama ini dapat ikan langsung dijual ke tengkulak. Karena kalau mau ke pedagang di area wisata sini biasanya sudah ada langganan masing-masing," tuturnya.
Warga Desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal ini, bercerita ketika mencari ikan menggunakan alat bantu seperti jaring, jala, pancingan, dan kurungan dari bambu.
"Biasanya kalau sekali menjaring ikan saya dapat uang Rp 40 ribuan, tapi kalau semalam suntuk bisa dapat Rp 200 ribu. Ya itu masih hasil kotor, karena dipakai beli bensin dan lain-lain," tutupnya. (dta)
4.133 Anggota PMR Dikukuhkan, Bupati Tegal Ischak: Jadi Duta Kebaikan yang Siap Menolong |
![]() |
---|
Modus Baru Sindikat Narkoba di Tegal: Pakai Metode 'Maps' dan 'Drop-off' |
![]() |
---|
Perbaikan Jalan Jalingkos-Kendalserut Senilai Rp5,3 Miliar, Bupati Ischak: Secara Visual Bagus |
![]() |
---|
Bupati Ischak Optimistis Pengerjaan Jogging Track di Stadion Trisanja Slawi Selesai Tepat Waktu |
![]() |
---|
Monitoring Penataan Jalan Gajah Mada Slawi, Bupati Ischak Temukan Adanya Sedimentasi Drainase Lama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.