Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Singgih Januratmoko

Singgih Januratmoko: Bumikan Pancasila dengan Teladan dan Pembiasaan

Egoisme kalangan muda yang kerap menuntut hak namun mengabaikan kewajiban menjadi pertandan memudarnya nilai-nilai Pancasila

Istimewa
Singgih saat sosialisasi "Empat Pilar Kebangsaan", yang dihelat di Hotel Grand Tjokro, Klaten, Jawa Tengah pada Sabtu (29/7). Di hadapan sekitar 200-an warga Klaten dan sekitarnya, ia mengingatkan kembali bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia. 

TRIBUNJATENG.COM, KLATEN -- Egoisme kalangan muda yang kerap menuntut hak namun mengabaikan kewajiban menjadi pertandan memudarnya nilai-nilai Pancasila.

Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko mengatakan, Pancasila mendesak untuk dibumikan untuk menjamin kelestarian bangsa dan negara.

Hal tersebut disampaikan Singgih saat sosialisasi "Empat Pilar Kebangsaan", yang dihelat di Hotel Grand Tjokro, Klaten, Jawa Tengah pada Sabtu (29/7).

Di hadapan sekitar 200-an warga Klaten dan sekitarnya, ia mengingatkan kembali bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia.

Dengan jati diri atau karakter unggul seperti gotong-royong, bangsa Indonesia terbukti mampu melewati krisis besar,

"Salah satunya pandemi Covid-19, masyarakat bahu membahu membantu menyuplai makanan kepada tetangga mereka," ungkap Singgih.

Karakter gotong-royong tumbuh karena adanya kepedulian, saling menghargai, menghormati, dan menyayangi sesama manusia,

"Kalaupun saat ini mulai muncul bibit-bibit egoisme di kalangan muda, maka perlu pembumian kembali Pancasila," tuturnya.

Ia mengatakan pembumian Pancasila dapat dilakukan dengan dua hal, yakni suri teladan dan pembiasaan. Baginya, suri teladan ini bisa dilakukan dengan masif, menggunakan media sosial dan media massa.

"Generasi muda sangat butuh panutan, maka contoh-contoh yang bagus itu bisa datang dari para tokoh nasional. Tutur kata mereka yang santun dan baik, dan pencapaian prestasi para tokoh nasional tersebut dapat memotivasi generasi muda," kata Singgih.

Sebaliknya, bila para tokoh nasional atau elit politik saling serang, generasi muda bisa menirunya,

"Persoalannya, percakapan yang emosional di media sosial membuat generasi muda tidak berpikir panjang mengenai persatuan dan kesatuan.

Inilah yang mengharuskan para tokoh nasional membangun komunikasi yang konstruktif di media sosial," ungkap Singgih.

Sementara, pembiasaan terhadap pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanaka melalui keluarga,

"Orangtua memiliki peran penting dalam menumbuhkan kepedulian dan semangat membantu orang lain," imbuh Singgih.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved