Pria Obesitas Asal Sragen
Mengintip Keseharian Sosok Sungadi, Pria Obesitas Berbobot 165 Kg di Sragen, Rajin Bantu Tetangga
Sosok Sungadi (25), warga Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen ternyata suka bersosialisasi dengan tetangga.
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Inilah Sungadi, pria berusia 25 tahun warga Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen yang mengalami obesitas.
Berdasarkan data, Sungadi mengalami obesitas sejak dirinya masih kecil atau bahkan dapat dikatakan seusai lahir.
Anak bungsu dari pasangan Suwarno dan Tukiyem ini kini memiliki bobot sekira 165 kilogram.
Meskipun mengalami obesitas, dirinya tak lantas berdiam diri di dalam rumah.
Dia justru dikenal sebagai sosok yang aktif.
Baca juga: Warga Sragen Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Bakal Terima Imbalan Rp1 Juta
Dia kerap keluar rumah dan bersosialisasi dengan warga sekitar.
Sosok Sungadi (25), warga Desa Sono, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen ternyata suka bersosialisasi dengan tetangga.
Walaupun dia pengidap obesitas berbobot 165 kilogram, dia sering membantu tetangga.
Pria dengan tinggi badan 149 sentimeter ini juga suka bersosialisasi.
Sungadi merupakan putra bungsu dari pasangan Suwarno (63) dan Tukiyem (61).
Suwarno menceritakan, Sungadi sudah mengidap obesitas sejak dia lahir.
Dimana, Sungadi lahir dengan barat badan 5 kilogram kurang 2 ons.
Sejak kecil, Sungadi memang suka makan, bahkan dalam sehari dia bisa makan 6-8 porsi.
Baca juga: Monitoring Pangkalan Bersama Disperindag Sragen, Pertamina Pastikan Ketersediaan LPG Subsidi Aman
Sungadi suka makan apa saja yang disajikan orangtuanya.
Selama itu sudah matang dan tidak suka makanan atau minuman manis.
Meski tumbuh dengan obesitas, Sungadi nampak sehat dan ceria.
Sungadi suka berjalan-jalan dan bersosialisasi dengan tetanganya.
Bahkan, menurut Suwarno, Sungadi suka membantu warga yang sedang membangun rumah.
"Anaknya memang rajin, kuat mendorong angkong yang diisi adonan semen itu."
"Membantu menaikkan genting, ikut membantu membangun talut itu sampai selesai," kata Suwarno seperti dilansir dari TribunSolo.com, Kamis (10/8/2023).
"Kalau diajak bekerja keras mau, dia tidak pernah sakit, hanya paling batu pilek," sambungnya.
Baca juga: Demi Langgeng Bersama Pak Kades, Wanita di Sragen Ternyata Nekat 2 Kali Gugat Cerai Suami Sah
Sungadi mulai rajin membantu warga sekitar ketika baru bisa berjalan sekira 3 tahun yang lalu.
Sungadi juga mempunyai keterbatasan dalam berbicara, serta dia juga tidak pernah mencicipi bangku sekolah, baik SD hingga SMA, karena kondisinya yang susah melakukan mobilitas.
Kini, Sungadi hanya makan dua kali sehari ketika di rumah.
Sungadi sering bermain keluar rumah dan lebih banyak membeli makanan dari luar rumah.
Sementara itu, Kepala Desa Sono, Parjiyo hanya bisa memantau kondisi kesehatan Sungadi dari jauh.
Karena setiap datang petugas dengan membawa ambulans, Sungadi selalu kabur tidak mau diperiksa.
"Kalau dari desa, ketika mau dicek kesehatannya, dia susah, lari."
"Tahu ada mobil ambulans datang, dia lari."
"Jadi sekadar pantauan saja," kata Parjiyo.
"Tapi, dia jarang sakit, suka beraktivitas, hubungan sosialnya bagus, setiap ada keramaian dia selalu datang," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang sebelumnya di TribunSolo.com berjudul Sosok Sungadi, Pria Obesitas Berbobot 165 Kg di Sragen, Suka Bersosialisasi dengan Tetangga
Baca juga: Lunpia Cik Meme Semarang Gelar Promo Tradisi Budaya Kemerdekaan RI: Beli 1 Gratis 1 All Varian
Baca juga: Pemkab Sukoharjo Kembali Lakukan Pembinaan Kelembagaan Petani, Bupati Sampaikan Pesan Ini
Baca juga: Wah, Senangnya Warga Brebes Dapat Kejutan HUT Jateng dari Ganjar, Rumah Susi Direhab
Baca juga: Sukses Pertahankan Penjualan Tolak Angin di Arab Saudi, Sido Muncul Mulai Sasar GCC
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.