Guru Berkarya
Memahami Gaya Belajar Siswa dengan Asesmen Diagnostik Non Kognitif
Guru bimbingan konseling mempunyai peran penting dalam pelaksanaan asesmen awal pembelajaran non kognitif.
Nunik Nurindah, S.P., S.Pd.
Guru BK SMP Negeri 3 Comal Kabupaten Pemalang
Memahami Gaya Belajar Siswa dengan Asesmen Diagnostik Non Kognitif
Pemetaan kebutuhan siswa memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka. Pemetaan kebutuhan terdiri atas tiga aspek yaitu kesiapan siswa, minat siswa dan profil belajar siswa. siswa dapat dilaksanakan dengan melaksanakan asesmen awal pembelajaran atau asesmen diagnostik. Tujuan asesmen awal pmbelajaran secara umum bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non kognitif.
Asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran dikelas dengan kompetensi rata-rata siswa, memberikan kelas remedial atau pembelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya dibawah rata-rata. Asesmen diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologis dan sosial, mengetahui aktivitas belajar selama dirumah, mengetahui kondisi keluarga siswa, mengetahui latar belakang pergaulan siswa, mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa.
Guru bimbingan konseling mempunyai peran penting dalam pelaksanaan asesmen awal pembelajaran non kognitif. SMPN 3 Comal Kabupaten Pemalang selalu berupaya untuk mengoptimalkan penerapan kurikulum merdeka, dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan pada awal pembelajaran adalah pelaksanaan asesmen diagnostik gaya belajar. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang meyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Deporter dan Hernacki , 2011). Gaya belajar dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: gaya visual; gaya audio dan gaya kinestetik. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa jika seseorang memiliki gaya visual lalu tidak memiliki gaya yang lainnya. Gaya belajar visual merupakan gaya pembelajaran yang menggunakan indra penglihatan atau berfokus pada penglihatan. Sehingga mereka lebih mudah paham dan mengingat materi jika melihat visual materinya.
Gaya belajar auditori biasanya akan menggumamkan apa yang didengar agar bisa diingat dengan mudah oleh otak, siswa cenderung lebih menyukai mendengarkan penjelasan suatu materi dibandingkan membaca atau menulis materi. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menuntut untuk mempraktekan langsung materi pembelajaran tersebut.
Menurut Sukadi (2008) dalam progressive learning hal 93-94 menyatakan bahwa, apabila seseorang memiliki gaya belajar, audio misalya, bukan berarti ia hanya mampu menerima materi bila dengan pendengaran saja, namun ia juga memiliki gaya belajar lainnya. Hanya saja ia lebih unggul dalam audio. Jadi sangat memungkinkan siswa mempunyai gaya belajar lebih dari satu jenis gaya belajar.
Pelaksanaan asesmen diagnostik non kognitif gaya belajar di SMP Negeri 3 Comal dilaksanakan untuk kelas VII pada awal tahu pembelajaran. Instrumen kuisioner gaya belajar terdiri dari 30 butir item yang mengungkap kecenderungan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik Hasil dari instrumen kuisioner asesmen gaya belajar yang telah diisikan oleh siswa kelas VII diperoleh hasil visual 18persen, auditori 5persen, kinestetik 32persen, visual auditori 7persen, visual kinestetik 21persen, auditori kinestetik 11persen, visual auditori kinestetik 7persen.
Data hasil dari pelaksanaan asesmen diagnostik non kognitif tentang gaya belajar dapat membantu bapak dan ibu guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas baik diferensiasi konten, proses maupun produknya. Kesesuaian gaya belajar dengan proses pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat menciptakan iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa memperoleh hasil belajar secara optimal. Peran guru BK sangatlah penting dalam menerapkan Asesmen diagnostik non kognitif dalam memahami gaya belajar siswa yang sesuai dengan karakter mereka. (*)
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.