Resensi Buku
Dokter dan Kanker, Review Buku Kanker Biografi Suatu Penyakit Siddharta Mukherjee
Judul Buku: Kanker: Biografi Suatu Penyakit, Penulis: Siddharta Mukherjee, Penerjemah: Rahmat Purwono, Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
“Bapak mengarah ke kanker darah,” katanya.
Saya bertanya, memangnya kenapa dok?
"Hasil tes darahnya menunjukkan ada masalah pada sel darah merah dan darah putih. Ada gejala sel darah merah dimakan sel darah putih,” katanya. Itu artinya leukemia.
Langsung terkesiap dan tak menduga. Saya merasa hidup saya normal-normal saja. Memeriksakan diri juga hanya untuk mengecek kesehatan berkala saja, terutama tensi. Jadi bukan karena ada masalah serius.
“Saya tidak merokok, kecuali sampai umur 38 tahun. Saya tidak minum alhokol, apalagi obat-obatan terlarang, jadi mana mungkin saya bisa terkena kanker darah?” kata saya.
“Ini masih mengarah. Kalau Bapak bisa menjaga pola makan, pola tidur dan olah raga setiap hari, gejala ke arah itu bisa hilang. Ini juga saya penasaran. Saya kasih obat ya, lalu setelah seminggu Bapak datang lagi ke sini. Cek darah lagi, apakah gejala itu hilang atau tetap ada,” katanya.
Saya pulang dari rumah sakit dengan perasaan kacau. Istri saya terkejut dan berkali-kali mengatakan, “Ah gak mungkin, dokter itu salah.” Ia tahu pola hidup saya yang tidak pernah macam-macam dalam soal makanan, dan ia tahu saya rajin joging tiap minggu.
Saya kemudian konsultasi ke teman akrab yang berprofesi dokter, sambil mengirim hasIl tes darah via pesan Whatsapp. Kata teman saya, “Hasil tes itu masih aman, Kang, gak usah khawatir.” Saya agak reugreug.
Seminggu kemudian, setelah obat yang dikasih dokter habis, saya kembali ke dokter di rumah sakit yang memeriksa saya. “Sudah tidak ada, tidak mengarah ke kanker darah. Hasilnya bagus,” katanya setelah memeriksa hasil tes darah yang kedua.
Alhamdulillah. Semangat hidup kembali menyala.
*
Lalu saya teringat lagi pada buku “Kanker” karya Siddharta. Makin ngebet ingin membeli. Kalau awalnya karena tertarik dengan gaya menulisnya pada Buku “Gen”, sangat nyastra, kali ini saya tertarik karena kankernya, yang hampir bertamu ke tubuh saya.
Setiap ke toko buku, saya selalu memegang buku itu dan melihat harganya. Terasa mahal. Saya urungkan lagi.
Minggu pertama Agustus saya beres-beres buku yang berserakan di ruang buku. Alangkah terkejutnya saya melihat ada buku “Kanker” yang saya inginkan, nyelip di antara buku-buku yang berserakan di rumah. Sambil tersenyum sendiri, saya berkata pada diri sendiri. Rupanya saya bukan terserang penyakit kanker, tapi penyakit lupa.
Saya langsung membacanya siang malam. Seperti buku “Gen”, buku “Kanker” sangat menyedot karena gaya tulisannya benar-benar sastra. Saya larut karena kepiawaian menulis Siddharta yang berprofesi sebagai dokter spesialis kanker darah dan juga ilmuwanj penyakit kanker. Buku itu tidak banyak istilah kedokteran yang rumit. Seperti novel, justru di buku itu banyak tokoh, terutama dokter, dan pasien dengan kisah-kisah yang mengharukan, getir, mempesona, menakutkan, penuh harapan, campur aduk sehingga kita pun terbawa hanyut.
Gaya bahasanya sangat lincah, deskriptif sehingga mampu membangun suasana dan menggedor emosi pembaca. Tiap bab dibangun dengan memunculkan tokoh-tokoh yang sangat hidup, bernyawa, tokoh-tokoh yang getir karena kematiannya direnggut kanker, tokoh yang penuh harapan karena sembuh, dokter dan ilmuwan kedokteran yang gemilang karena penemuannya, dokter yang putus asa dan juga yang sabar karena gagalnya dalam merawat pasien. Tiap bab selalu dibuka dengan kutipan dari para filsuf, sastrawan klasik, dan penulis ternama dan ilmuwan kaliber dunia, seperti Hegel, Susan Sontag, William Shakerpeare, Frans Kafka dan banyak yang lainnya.
Inovasi Kunci Sukses Kembangkan UMKM dan Koperasi |
![]() |
---|
“Solusi Nelayan: Mengurai Paradoks si Miskin di Negara Maritim” |
![]() |
---|
Buku Keliling Asia Tenggara Luar Dalam Karya Muhammad Iqbal: Referensi Mengenal Negara-Negara Asean |
![]() |
---|
Resensi Buku: Kurikulum Perlu Dievaluasi sesuai Kebutuhan Zaman |
![]() |
---|
Resensi Buku: Khazanah Kebudayaan Masyarakat Jawa yang Nyaris Tenggelam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.